TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengungkap Rahasia Warga Singapura Lebih Memilih Transportasi Umum

Kira-kira bisa dicontoh orang Indonesia gak ya?

Suasana jalan di Singapura yang tampak lengang. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Singapura, IDN Times - Jalan kaki dan naik transportasi umum menjadi hal biasa di Singapura. Masyarakat di sana menjadikannya sebagai budaya karena dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa alasan terkuak kenapa warga Singapura memilih transportasi umum.

1. Transportasi umum yang terintegrasi

Suasana jalan di Singapura yang tampak lengang. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Jika berkunjung ke Singapura, anda akan merasakan sensasi transportasi terintegrasi. Di Negeri Singa, halte selalu berdekatan dengan Mass Rapit Transit (MRT). Apabila ingin mengaksesnya sangat mudah.

"Di sini (Singapura) ada 4.500 halte bus, di sentral hingga perumahan ada, jadi mudah," ujar pemandu wisata, Jufri, Jumat lalu (20/12).

Sehingga, lanjut Jufri, warga maupun pengunjung Singapura tidak bingung kehilangan waktu ketika naik transportasi umum. Terlebih, kedatangan dan keberangkatan bus maupun MRT tidak mengenal waktu tunggu yang lama. Hanya berhenti satu sampai dua menit saja.

Untuk mengetahui gambarannya, IDN Times berkesempatan mengunjungi Singapore Mobility Galery (SMG). Di sini pengunjung dapat meng-explore bagaimana pemerintah merencanakan, merancang, dan membangun sistem transportasi.

Pengelolaannya memperhatikan efisiensi, kemampuan hidup, dan inklusivitas, karena memanfaatkan teknologi untuk mobilitas perkotaan yang lebih cerdas. Di sini juga bisa merasakan sensasi jadi sopir angkutan umum melalui Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR).

Baca Juga: 7 Alasan Changi Layak Raih Predikat Bandara Terbaik Dunia

2. Tarif yang terjangkau

Transportasi umum digemari warga Singapura untuk menunjang mobilitas sehari-hari. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Bagi warga Singapura, biaya menggunakan transportasi umum dibandingkan pribadi sangat jauh. Kebanyakan warganya memilih transportasi umum karena lebih murah. Seperti halnya MRT, setiap akses stasiun hanya merogoh kocek 1,25 dolar Singapura.

"(MRT) dihitung berapa stasiun yang dilewati, bus hitungannya pakai kilometer, harganya tertera di halte," jelas Jufri yang juga warga Singapura.

Menariknya, Pemerintah Singapura tidak mencari untung pada karcis atau tarif transportasi umum. Mereka memanfaatkan spot iklan di MRT maupun stasiunnya. "(Keuntungan) dari iklan-iklan semacam subsidi silang," kata Jufri.

3. Harga mobil/motor dan sertifikatnya yang melangit

Transportasi umum digemari warga Singapura untuk menunjang mobilitas sehari-hari. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Alasan lain warga Singapura tidak memakai kendaraan pribadi ialah harganya yang sangat mahal. Di Singapura, untuk bisa membeli mobil atau sepeda motor diwajibkan mempunyai sertifikatnya dulu.

Harga sertifikatnya tergolong fantastis. Rata-rata untuk sertifikat mobil harganya berkisar Rp600 juta. Sedangkan sepeda motor Rp80 juta. Sehingga pembelian satu mobil ditambah sertifikat tembus Rp1 miliar. Sementara sepeda motor Rp100 juta.

"Itu hanya berlaku 10 tahun (sertifikatnya), kalau habis (masa berlakunya) harus perpanjang dengan harga baru," ungkap Jufri.

Hal ini juga menjadi alasan kenapa warga Singapura yang telah memperbarui sertifikatnya juga memiliki mobil baru. Karena harga perbaruan sertifikat setara dengan paket pembelian mobil. Kemudian mobil lama segera dijual.

Baca Juga: Mengintip Rahasia Singapura Mengelola Air Bersih

Berita Terkini Lainnya