Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pendampingan AI dan IoT, Produksi Kopi Malang Ditarget Naik 18%

GoTo Impact Foundation saat mendampingi petani kopi di Kecamatan Lawang, Malang. (Dok. GoTo Impact Foundation)
GoTo Impact Foundation saat mendampingi petani kopi di Kecamatan Lawang, Malang. (Dok. GoTo Impact Foundation)

Malang, IDN Times - GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi nirlaba yang didirikan oleh Grup GoTo, bersama changemakers, pemangku kepentingan, dan masyarakat, meluncurkan inovasi agribisnis kopi berkelanjutan bertajuk "Gandrung Tirta" lewat program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0.

Menggabungkan teknologi Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan program pemberdayaan masyarakat, inisiatif ini mendukung para petani, pemuda, dan ibu rumah tangga di Desa Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang dalam memanfaatkan peluang pasar kopi domestik.

Sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia, Indonesia ternyata masih menghadapi tantangan produktivitas kopi yang rendah, menduduki peringkat ke-14 dunia. Kondisi serupa terjadi di Desa Ketindan, Malang, di mana tingkat produktivitas 200 petani kopi fine robusta baru mencapai 43 persen. Sehingga menghambat keefektifan aktivitas perkebunan dan pemenuhan permintaan pasar.

Untuk mengatasi tantangan ini, Ketua GoTo Impact Foundation, Monica Oudang menekankan pentingnya membangun keberanian dan kapasitas setiap individu untuk mendorong perubahan positif.

“Selama lima tahun bergerak bersama 138 changemakers, kami mempelajari bahwa perubahan sistemik dan berkelanjutan bukan hanya tentang menghadirkan solusi yang tepat sasaran, tapi bagaimana masyarakat bisa berdaya agar inovasi terus tumbuh di masa depan,” ujar Monica, Rabu (7/5/2025).

Ia melanjutkan, dengan pendampingan intensif di Catalyst Changemakers Lab (CCLab), pihaknya mendorong para changemakers, termasuk Gandrung Tirta, untuk mampu berinovasi secara kolektif dan kontekstual. Tujuannya bukan mengejar peningkatan produktivitas kopi semata, namun juga menyelesaikan akar permasalahan dengan menempatkan petani sebagai mitra dan meningkatkan minat generasi muda di bidang perkebunan.

Untuk mewujudkan misinya, Gandrung Tirta, yang merupakan hasil sinergi dari empat organisasi, Agroniaga, BIOPS Agrotekno, FAM Rural, dan Rise Social, mengembangkan tiga strategi utama. Pertama , teknologi pertanian melalui pemanfaatan teknologi IoT dan AI yang dapat membantu petani meningkatkan kualitas, konsistensi, dan produktivitas pertanian kopi.

"Petani bisa memantau kesehatan tanaman dengan informasi berbasis data terstandar dari jarak jauh, mengoptimalkan penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat sehingga mengurangi risiko gagal panen," ujarnya.

Kedua, pengelolaan limbah organik dengan memberdayakan ibu rumah tangga untuk mengelola limbah kulit kopi menjadi produk bernilai tambah seperti dompet kulit, bingkai kacamata, dan jam tangan.

"Sebagai bagian dari pendekatan berkelanjutan, program ini juga memanfaatkan kembali limbah kopi untuk aktivitas perkebunan melalui produk anti-pest dan coffee peat, serta mengolah limbah organik dari kotoran hewan ternak menjadi pupuk cair dan pupuk padat," tutur Monica.

Ketiga, program pemberdayaan lembaga dan pemuda. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari edukasi dan pelatihan yang berfokus pada budidaya kopi berkelanjutan, wirausaha, dan tata kelola kelembagaan untuk kelompok tani dan pemuda desa.

"Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka sehingga dapat mendukung terciptanya agribisnis kopi yang berkelanjutan," kata dia.

Perwakilan Konsorsium Gandrung Tirta, Nasrullah Aziz, menyampaikan penerapan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan petani dalam praktik budidaya kopi berkelanjutan atau Good Agricultural Practicesb hingga 80 persen, serta mendorong peningkatan produktivitas kopi sebesar 18 persen pada tahun pertama. 

"Seiring peningkatan tersebut, pendapatan petani diharapkan naik hingga 15 persen," tutur dia. 

Dalam acara peluncuran, Kepala BAPPEDA Kabupaten Malang, Ir. Tomie Herawanto, turut mendukung Gandrung Tirta sebagai mitra strategis untuk mengakselerasi target indeks ekonomi hijau sebesar 66,84 persen pada 2045. Pengembangan agribisnis tidak hanya soal peningkatan produktivitas untuk memenuhi permintaan pasar, tetapi juga memastikan keberlanjutan daya dukung SDM dan lingkungan.

"Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk ambil bagian dalam inovasi Gandrung Tirta demi terwujudnya transformasi ekonomi hijau dan masyarakat Malang yang lebih sejahtera," kata dia.

Peluncuran inovasi agribisnis kopi di Malang ini sekaligus menjadi penutup rangkaian peluncuran implementasi solusi CCE 3.0 yang telah dilaksanakan di Magelang, Lombok Tengah, dan Belitung.

Keempat inovasi tersebut akan menjawab berbagai tantangan lokal yang mendorong peningkatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat, mulai dari pertanian regeneratif, ekosistem pariwisata hijau, hingga budidaya ikan di lahan pascatambang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us