Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Evandra Florasta. (Dok. PSSI)

Malang, IDN Times - Nama Evandra Florasta kini jadi buah bibir usai bermain ciamik di Piala Asia U-17, ia jadi pahlawan atas kemenangan menghadapi Korea Selatan dan mampu membawa Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-17 lolos ke Piala Dunia U-17 2025 di Qatar. Ternyata, Evandra adalah remaja asal Kabupaten Malang yang sudah tertarik dengan sepak bola sejak usia 2 tahun.

1. Orangtua Evandra mengatakan jika putranya sudah tertarik sepak bola sejak usia 2 tahun

Ayah Evandra, Oktamus Silvester (kiri) dan Ibu Evandra, Faridha Mariana. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Ayah Evandra, Oktamus Silvester menceritakan jika ia tidak berekspektasi agar anaknya menjadi atlet sejak awal, pasalnya tidak ada darah atlet di keluarganya. Oktamus sendiri adalah anggota TNI Angkatan Darat (AD) yang kini ditempatkan sebagai pelatih di Brigade Infanteri 18/Trisula. Ia tidak pernah memaksakan harus menjadi apa anak-anaknya di masa depan.

"Waktu Evandra umur 2 tahun itu saya belikan semua buat tahu dia suka apa, saya ingat beli gitar, piano, dan alat musik lainnya juga. Tapi dia malah ambil bola karet yang ada durinya itu, dia tendang-tendang ke tembok, dari situ saya tahu kalau anak ini punya minat di sepak bola," terangnya saat ditemui di kediamannya pada Kamis (10/4/2025).

Oktamus mengakui ia tidak memiliki banyak uang untuk memasukkan Evandra ke akademi sepak bola elit, tapi ia ingin terus mendukung minat anaknya pada sepak bola. Sehingga saat usia Evandra beranjak 5 tahun, ia masukkan sang putra ke Sekolah Sepak Bola (SSB) Angkasa yang saat itu dilatih legenda sepak bola Indonesia, I Putu Gede. Tapi perjalanan Evandra di SSB Angkasa hanya berjalan 6 bulan, pasalnya SSB ini bubar.

"Dari Angkasa, latihan sendiri hampir sekitar 5 tahun. Kemudian usia 10 tahun atau sekitar tahun 2018 kami bertiga (Oktamus, Ibu Evandra, dan Evandra) cari SSB ke Kota Malang. Cari SSB akhirnya kok jadi langsung diikutkan turnamen. Salah satunya yang paling diingat, saat kami keluar keliling ketemu satu tim, SSB liar, namanya Kameta atau singkatannya Kalah Menang Tarung di Lapangan Rampal," kenangnya diikuti gelak tawa.

Evandra sejak awal tidak dilahirkan oleh SSB atau akademi sepak bola manapun tapi skill mengolah bolanya diakui sudah di atas rata-rata anak seusianya, sehingga ia kerap kali disewa tim-tim asal Kota Malang, Kabupaten Malang, hingga Kota Surabaya saat turnamen lokal. Hingga suatu hari saat ia mengikuti turnamen di Surabaya, bakatnya dilirik oleh Persema Youth.

"Evandra di final itu lawan Persema, akhirnya Persema yang kalah. Persema mulai tanya-tanya dan kaget, kok ini anak asal Malang malah ikut tim Surabaya. Akhirnya ikut Persema, tapi Evandra kan tidak dilahirkan dari Persema, jadi tidak terikat, tetap boleh disewa tim lain asal tidak satu turnamen dengan Persema," bebernya.

Dari Persema Youth, ternyata karir Evandra kian melejit setelah gabung Bhayangkara FC U-17. Ia bahkan berhasil tembus Timnas U-17 dan Timnas U-20 berkat penampilan bagusnya di sana. Evandra juga telah dijanjikan akan promosi ke Bhayangkara FC senior saat tim ini promosi ke Liga 1 musim depan.

2. Ternyata Evandra sudah mendapatkan latihan militer sejak dini

Ayah Evandra, Oktamus Silvester saat menunjukkan medali anaknya. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Oktamus mengatakan jika sejak Evandra kecil ia ikut melatih skill sepak bola hingga fisik remaja bertinggi badan 176 sentimeter ini. Meskipun tidak memiliki basic sebagai pelatih sepak bola, Oktamus mau belajar teknik-teknik sepak bola demi anaknya.

"Saya ini kan pelatih tentara, bukan pelatih sepak bola dan memang bukan pemain sepak bola. Tapi sejak Evandra kecil saya selalu mencatat kekurangan-kekurangan Evandra saat bermain, kemudian kita ngobrol di mobil untuk evaluasi. Bahkan, sampai saat ini di main di Timnas, saya selalu catat kesalahan Evandra saat nonton di TV, kemudian kita evaluasi saat di telepon, tapi dia biasanya sudah tahu sendiri kalau kesalahan di sini-sini apa saja," ungkapnya.

Memiliki ayah seorang tentara, tentu saja Evandra sudah mendapatkan pendidikan ala militer sajak dini. Oktamus utamanya melatih fisik dan stamina anaknya agar tidak mudah kehabisan nafas saat bermain di lapangan. Alasan inilah yang membuat Evandra adalah pemain yang sangat disiplin dibandingkan anak-anak seusianya.

"Latihan di SSB mungkin cuma 2 jam seminggu, jadi kurang, sisanya setiap hari latihan sendiri di rumah sama saya. Tentu kalau dia bikin salah langsung saya suruh push up. Saya bukan memaksa, tapi ini adalah pilihan kamu, jadi kamu harus bertanggung jawab dengan pilihan kamu. Karena dia memilih sepak bola, dia harus bertanggung jawab dengan latihan lebih keras," tegasnya.

3. Orangtua punya harapan agar Evandra bisa bermain di Eropa

Ayah Evandra, Oktamus Silvester saat menunjukkan foto anaknya. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Lebih lanjut, Oktamus menyampaikan jika Evandra juga memiliki mimpi agar bisa bermain di Eropa kedepannya. Menurutnya mimpi ini sudah tidak mustahil diraih anak-anak Indonesia. Oktamus tidak mengatakan tim mana yang mau dibela oleh Evandra di Eropa, tapi ia mengatakan kalau satu keluarganya adalah pendukung Barcelona FC.

"Harapannya pengen main di luar negeri, minta doanya. Semoga bisa bersaing dengan pemain di luar negeri, bisa ke Eropa, punya pengalaman dan membantu Timnas Indonesia," paparnya.

Namun sebelum itu, Oktamus ingin Evandra memberikan yang terbaik dahulu untuk Bhayangkara FC. Pasalnya Bhayangkara FC memiliki jasa besar yang mengantarkan Evandra sampai ke Timnas Indonesia.

"Sementara gabung Bhayangkara, belum berpikir kemana, nanti kalau ada ya nggak apa-apa, usia masih 16. Yang Ngajukan ke timnas kan bhayangkara, yang seleksi Timnas," pungkasnya.

Editorial Team