Arema FC Ingin Beri Tiket Kehormatan untuk Keluarga Korban Kanjuruhan
Malang, IDN Times - Manajemen Arema FC tampaknya ingin terus menggandeng keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Salah satunya mereka ingin merealisasikan wacana tiket kehormatan untuk ahli waris keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
1. Manajemen Arema FC siap fasilitasi tiket kehormatan untuk Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan
Manajer Bisnis Arema, Munif Bagaskara Wakid mengungkapkan jika mereka memang menginginkan untuk terus menjalin kerjasama dengan para keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Sehingga tiket kehormatan untuk keluarga korban bisa jadi bentuk penghormatan bagi 135 korban jiwa dalam Tragedi Kanjuruhan.
"Harapannya memang program-program bisa kita siapkan bersama-sama (keluarga korban Tragedi Kanjuruhan). Sehingga klub tidak merasa terbebani dan dari sisi supporter juga merasa diperhatikan. Tapi memang perlu diskusi lebih lanjut kedepannya," terangnya saat dikonfirmasi pada Selasa (15/10/2024).
Munif mengatakan jika pihak Manajemen Arema FC tengah membentuk hubungan silaturahmi yang baik dengan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Jadi wacana tiket kehormatan tersebut bisa jadi pembuka jalan silaturahmi yang lebih positif.
2. Manajemen Arema FC tegaskan tiket kehormatan tidak boleh diperjualbelikan
Munif menegaskan jika satu syarat dari tiket kehormatan untuk keluarga korban Tragedi Kanjuruhan adalah tidak boleh diperjualbelikan kepada orang lain. Pasalnya tiket ini sifatnya adalah untuk menghormati para korban Tragedi Kanjuruhan, sehingga ahli waris yang memang mencintai tim Arema FC bisa menonton setiap lawa home Singo Edan secara gratis.
"Kami tidak ada masalah dengan tiket kehormatan asalkan tidak diperjualbelikan lagi. Tapi memang belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan keluarga korban," ungkapnya.
3. Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan belum bisa menerima sepak bola Indonesia
Sebaliknya, orang tua korban Tragedi Kanjuruhan masih ogah menonton sepak bola. Chollifatul Nur, salah satu orangtua korabn mengungkapkan jika ia merasa masih belum mendapat keadilan dari kematian putranya, Jovan (15). Oleh karena itu, ia sampai detik ini masih sangat benci jika mendengar kata sepak bola Indonesia.
"Bukan cuma trauma, saya mendengar apapun tentang sepak bola masih benci," tegasnya.
Perempuan yang akrab disapa Ifa ini, menegaskan lebih baik memperjuangkan keadilan untuk anaknya lebih dulu. Pasalnya 2 tahun Tragedi Kanjuruhan berlalu, tapi ia belum mendapat keadilan dari negara.