Surabaya, IDN Times - Ribuan massa berpakaian putih membanjiri Jalan Serayu hingga Jalan Kapuas, Jumat (17/5). Mereka merupakan massa dari Forum Umat Islam yang sedang melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor Bawaslu Jatim. Aksi ini dinamai "Aksi Damai Bela Kedaulatan Rakyat."
Massa yang didominasi oleh laki-laki ini mengenakan baju taqwa berwarna putih dengan membawa sorban. Mereka turun dari belasan minibus yang membuat akses Jalan Bengawan dan Jalan Serayu macet total. Mereka terlihat membawa spanduk dan poster berisi kecaman kepada penyelenggara Pemilu seperti Kartu Merah untuk KPU, Bawaslu Bertanggung Jawab atas Pemilu Jurdil, dan Kantor Pemakaman Umat (KPU).
"Ini merupakan komando dari Forum Umat Islam. Jangan ada yang memberikan komando lain. Ini aksi damai. Tidak ada yang anarkis. Takbir!" ujar orator dari atas mobil komando.
Selain membawa banner dan poster berisikan tuntutan, massa juga terlihat membawa bendera merah putih, bendera berlambang tauhid, serta bendera palestina. Tak hanya itu, terlihat juga bendera kuning yang berkeliaran di antara massa.
"Ini simbol duka cita karena banyak yang meninggal dunia. Juga karena sudah matinya Pemilu yang jurdil," ujar salah satu peserta aksi yang tak ingin disebutkan namanya.
Namun dalam aksi ini, massa gagal merangsek ke Kantor Bawaslu. Penjagaan berlapis dari kepolisian telah disiapkan dengan pagar kawat berduri dan pagar betis. Mejurut Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera, setidaknya 1000 anggota Polri disiagakan untuk pengamanan aksi ini.
"Kita ingin mengamankan aksi ini agar berjalan tertib dan lancar. Aspirasi mereka juga kita sampaikan kepada Bawaslu dan DPRD. Kita menghormati mereka, mereka juga harus menghormati kita," ujarnya.
Dalam aksi ini, mereka menyampaikan ketidaksetujuan mereka terhadap jalannya Pemilu 2019. Bagi mereka, Pemilu berjalan penuh kecurangan dan menghasilkan hasil Pemilu yang tidak jujur dan adil. Selain itu mereka menyalahkan KPU yang dirasa tidak profesional hingga menelan banyak korban jiwa.
"Kami tidak setuju dan menolak dengan keras Pemilu yang sama sekali tidak santun ini. Kami menuntut kedaulatan rakyat dan keadilan. Para ulama hanya menyampaikan, bapak-bapak hanya menjalankan dan melaksanakan. Apabila engkau tak menerima maka ditanggung saat kiamat," seru salah satu orator.