Dilaporkan karena Sebut Soeharto Simbol KKN, Ini Tanggapan Sekjen PSI

Surabaya, IDN Times - Setelah ucapannya yang membuat geger tentang Soeharto simbol KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) rupanya Sekretaris Jenderal PKI, Raja Juli Antoni tak kapok. Ia malah semakin menegaskan ucapannya bahwa Soeharto memang pantas menyandang identitas sebagai simbol KKN. Padahal ia kini telah dilaporkan ke Bawaslu dan Bareskrim Polri atas dugaan penlanggaran kampanye dan penyebar ujaran kebencian.
1. Dapat dibuktikan secara akademis

Antoni yakin bahwa ucapannya tersebut sesuai fakta. Ia pun mengatakan bahwa secara akademis KKN yang dilakukan oleh Soeharto dapat dibuktikan.
"Tapi saya ingin menegaskan sekali lagi apa yang saya katakan itu secara akademik ada. Ada pembenaran akademik. Secara politik juga kalau teman-teman terlibat di gerakan 98, Pak Harto itu memang menjadi simbol KKN korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jadi itu gak bisa dipungkiri," ujarnya dk Jatim Expo Surabaya, Selasa (11/12).
2. Tetap akan menjalankan prosedur hukum

Ia pun telah mendengar bahwa namanya dilaporkan ke Bawaslu dan Bareskrim atas ujaran tersebut. Namun Antoni rupanya tak gentar.
"Saya dengar saya kemarin dilaporkan ke Bawaslu. Hari ini juga dilaporkan ke Bareskrim. Ya saya persilahkan kepada Bawaslu dan pihak kepolisian untuk menindaklanjuti laporan itu karena memang itu adalah proses hukum," ujarnya.
3. Ia menyebut skandal Supersemar sebagai buktinya

Ia kemudian mengungkit kasus Yayasan Supersemar milik Soeharto yang sempat memiliki polemik sebagai salah satu indiator tindak korupsi yang dilakukan oleh Soeharto.
"Yang kedua secara fakta hukum kasus perdata yang kemarin melibatkan Yayasan Super Semar harus mengganti sekian miliar itu juga menandakan bahwa ada korupsi di situ," jelasnya.
4. Sebut nama Prabowo

Nama Prabowo Subianto pun ikut disebut dalam pembahasan Antoni. Salah satu perusahaan milik Prabowo yaitu PT Kertas Nusantara atau yang dulunya PT Kiani Kertas disebut Antoni juga menerima uang dari yayasan hasil KKN.
"Uang yayasan yang ratusan miliar lebih kemudian yang mengalir ke perusahaan-perusahaan anak Pak Harto. Itu katanya ada ke Kiani yang dulu punyanya Bob Hasan terakhir punya Pak Prabowo bahkan," tutupnya.