Semarak Malam Ramadan di Banyuwangi Diiringi Festival Patrol

25 grup unjuk kebolehan memainkan alat musik dari bambu

Banyuwangi, IDN Times - Pemkab Banyuwangi kembali menggelar sebuah acara seru di bulan Ramadan 1440 H, yakni Festival Patrol. Digelar selama dua hari Jumat-Sabtu (10-11/5/2019), 25 grup patrol dari perwakilan masing-masing kecamatan akan unjuk kebolehan. Seni musik yang identik sebagai tradisi membangunkan orang tatkala waktu sahur itu, memeriahkan malam Ramadan.

Tidak hanya menyajikan alunan musik bambu yang khas, masing-masing grup patrol juga mengaransemen syair-syair religi yang sarat dengan puja-puji kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad. Bahkan, untuk melengkapi penampilannya, para peserta mengenakan kostum panggung yang menarik.

1. Para peserta serentak berkeliling kampung melakukan atraksi

Semarak Malam Ramadan di Banyuwangi Diiringi Festival PatrolIDN Times/Beautiful Banyuwangi

Ratusan orang pun antusias melihat atraksi Patrol yang tahun ini dibuka oleh Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko pada Jumat malam, (10/5/2019). Tak hanya di panggung utama, namun di sepanjang rute yang bakal dilalui pawai patrol ini dipenuhi warga yang menyaksikan  musik tradisi ini.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Festival Patrol kali ini para peserta akan berkeliling kampung melakukan atraksi. Namun, pada tahun ini panggung utama sebagai awal start dipusatkan di Taman Blambangan. Bukan di Stadion Dipomegoro sebagaimana tahun lalu.

"Acara Ramadan sengaja kami pusatkan di Taman Blambangan, agar efektif. Jadi, semua terintegrasi. Mulai dari pasar takjil Ramadan, tempat ibadah hingga berbagai gelaran Festival Ramadan," ungkap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas melalui layanan facetime saat pembukaan acara tersebut.

2. Alat musik patrol memanfaatkan media bambu

Semarak Malam Ramadan di Banyuwangi Diiringi Festival PatrolIDN Times/Beautiful Banyuwangi

Musik patrol sendiri memanfaatkan bambu sebagai medianya. Batang bambu dipotong sesuai dengan ruasnya dan diberi lubang kecil memanjang di salah satu sisinya. Semakin besar diameter bambu maupun besaran lubang akan mempengaruhi suara yang dikeluarkan oleh alat musik patrol.

"Bambunya diketuk dengan irama tertentu. Disesuaikan dengan lagu yang dimainkan. Biasanya, juga dicampur dengan Jedor sebagai pengatur ritme," ungkap Burhan, salah satu peserta Festival Patrol.

Burhan mengaku sudah sejak kecil memainkan musik patrol setiap Ramadan. Ia bersama teman-temannya berkeliling kampung untuk membangunkan orang sahur. Biasanya, saat bertemu dengan grup patrol lainnya, mereka akan saling berlomba untuk menyajikan tabuhan terbaiknya.

"Saya tak tahu persis sejak kapan tradisi ini ada di Banyuwangi. Yang pasti, sejak zaman kakek saya sudah ada katanya," aku peserta berusia 32 tahun tersebut.

3. Festival Patrol menghidupkan khazanah tradisi

Semarak Malam Ramadan di Banyuwangi Diiringi Festival PatrolIDN Times/Beautiful Banyuwangi

Tradisi musik patrol yang telah mengakar cukup kuat di tengah masyarakat Banyuwangi itulah, yang coba dilestarikan oleh Pemda Banyuwangi. Gelaran Festival Patrol menjadi bagian untuk menghidupkan khazanah tradisi.

"Selain itu, kita juga mencoba untuk mengemas tradisi patrol ini menjadi atraksi budaya yang menarik kunjungan wisatawan," ungkap Anas.

Sebagaimana diketahui, untuk membangun industri pariwisata, salah satunya adalah atraksi. Semakin unik dan khas atraksi yang ditampilkan, semakin membuat orang ingin melihatnya.

"Patrol ini merupakan atraksi khas yang tak banyak daerah lain mengemasnya menjadi pertunjukkan. Banyuwangi memulainya," pungkas Anas.

Topik:

  • Ester Ajeng

Berita Terkini Lainnya