Tetap Mangkal di Tengah Demo, Poniran: Ingin Jadi Saksi Perjuangan
Dia merasa dibela sebagai pekerja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Poniran (64) tampak tenang dengan posisi duduk yang santai di atas becaknya, meski di jalanan ribuan mahasiswa datang memadati jalanan kawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banyuwangi. Ribuan mahasiswa dan pelajar yang tergabung dari berbagai elemen tersebut, melakukan orasi, bakar ban, saling lempar air mineral hingga ada yang kedapatan membawa batu di dalam tas.
Para demonstran menuntut agar DPRD Banyuwangi menampung aspirasi untuk menolak pengesahan Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibus-Law. Aksi berlangsung damai, meski sempat ada ketegangan antara aparat dan demonstran.
1. Tukang becak 8 bulan sepi penumpang
Seperti biasa, Poniran berangkat dari rumah menuju pos mangkal di kawasan DPRD Banyuwangi sekitar pukul 08.00 WIB. Meski Dinas Perhubungan Banyuwangi bersama Polisi telah menutup kendaraan umum di ruas jalan utama menuju kantor dewan, Poniran tetap berangkat untuk bekerja, mencari penumpang untuk diantar.
"Sudah 12 tahun saya bekerja jadi tukang becak. Ada dua orang yang mangkal di kawasan DPRD sini, saya sama satu teman. Tapi teman saya sudah pulang tadi, 'takut' katanya," ujar Poniran saat menyaksikan jalannya aksi di atas becaknya, Senin (12/10/2020).
Sudah 8 bulan ini, Poniran merasakan dampak dari pandemi Corona (COVID-19). Sebelum COVID-19 biasanya dia mendapat pemasukan sekitar Rp 40.000-60.000 per hari. Namun kali ini hanya di kisaran Rp 15.000- 30.000 per hari.
"Kadang juga tidak dapat penumpang sama-sekali. Saya berangkat jam 8 pagi, pulang jam 4 sore. Tapi selama pandemi ini saya sering dapat bantuan dari orang dermawan di jalan, seperti nasi, uang dan sembako," kata bapak tiga anak ini.
Baca Juga: Aksi Nasi Pitungewunan untuk Tukang Becak hingga Buruh GendongÂ
Baca Juga: Kisah Inspiratif Anak Tukang Becak Mengejar Gelar Doktor ke Inggris