TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ibu-ibu di Surabaya Was-was Penyebaran Hepatitis Akut

Apalagi hepatitis menyerang anak-anak

ilustrasi sakit perut akibat hepatitis akut (pexels.com/Sora Shimazaki)

Surabaya, IDN Times - Bintang Wijayanti (27) nampak tengah menyuapi anaknya yang masih berusia 10 bulan di beranda rumahnya. Ibu satu anak itu berhati-hati sekali memberi makan anaknya, setelah mendengar kabar hepatits mersterius atau akut masuk Indonesia.

Ia mengakui, belum membaca detail bagaimana cara penularan hepatitis akut maupun gejalanya. Yang ia pahami, virus ini rentan menyerang anak-anak.

"Sangat takut katanya menyerang anak-anak. Apalagi anak saya masih bayi," ujar Bintang, Jumat (13/5/2022).

Meski belum mengetahui detail tentang hepatitis, ia telah melakukan berbagai langkah, salah satunya adalah menjaga alat-alat makan pada bayinya. Mengingat, salah satu penyebaran hepatitis adalah lewat alat makan.

"Menjaga alat-alat makan pada bayi tetap bersih, was-was kalau mau ke dokter, memastiknya alat suntiknya steril," sebutnya.

Ia berharap, agar pemerintah memberikan imunisasi kepada bayinya. Hal ini untuk mencegah penyebaran hepatitis.

Baca Juga: Bergejala Mirip Hepatitis, Bocah 7 Tahun di Tulungagung Meninggal

1. Dokter Unair jelaskan gejala hepatitis akut misterius

Ilustrasi hepatitis b (onhealth.com)

Dokter Gastro-Hepatologi anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) Dr dr Sp A(K) Bagus Setyoboedi menjelaskan bahwa penyakit hepatitis akut menunjukan proses peradangan di hati (hepatitis) yang belum diketahui penyebabnya. Tidak diketahuinya etiologi dari hepatitis ini menyebabkan banyak kesulitan, baik dari segi pencegahan, penanganan, hingga penanggulangan penyebaran.

Dokter Bagus menyebutkan bahwa hepatitis yang lazim ditemukan biasanya disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, obat/toksin, kondisi autoimun, dan kondisi sistemik.

"Semua penyebab yang diketahui pada hepatitis secara umum telah diteliti, namun penyebab dari hepatitis akut ini belum ditemukan," ujarnya.

Menurutnya, hepatitis pada anak yang diakibatkan virus, biasanya menimbulkan gejala ringan hingga sedang. Gejala yang ditunjukan sama dengan hepatitis pada umumnya, namun sebagian kasus unknown hepatitis ini cepat memberat dan berdampak pada kegagalan fungsi hati, hingga kematian.

Gejala ringan yang tampak di antaranya adalah demam, mual, nyeri otot, muntah, diare, sakit perut dan demam, sebagian disertai gejala kuning. Hepatitis akut juga dapat menyebabkan gejala berat atau fulminan seperti gangguan pembekuan darah dan penurunan kesadaran.

Dokter Bagus menyarankan untuk langsung menuju dokter setempat bila ditemukan gejala dari hepatitis yang sampai saat ini ditemukan pada anak di bawah usia 16 tahun. Untuk meningkatkan keamanan, tenaga medis juga perlu meningkatkan kewaspadaan dengan menggunakan single use medical equipment, serta selalu menerapkan universal precaution.

"Secara umum terdapat tiga saluran penyebaran penyakit, yakni saluran cerna, pernafasan, dan kontak darah. Untuk itu sangat disarankan memakai protokol kesehatan, tidak jajan sembarangan, serta tidak berbagi alat makan yang sama," jelasnya. 

2. Belum ditemukan hepatitis akut, Surabaya sudah siapkan faskes

Jalan Ahmad Yani, Kota Surabaya dari udara. Dok. Humas Pemkot Surabaya

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina menjelsaskan, Sejauh ini, belum ditemukan kasus konfirmasi hepatitis akut di Kota Surabaya. Warga atau pasien yang dicurigai pun belum ada sama sekali di Kota Pahlawan.

Sejumlah upaya meningkatkan kewaspadaan dini kepada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan pun dimaksimalkan. Bagi setiap rumah sakit, Dinkes Surabaya meminta agar melakukan pengamatan semua kasus sindrom jaundice akut yang tidak jelas penyebabnya dan ditangani sesuai SOP serta pemeriksaan laboratorium.
 
"Kemudian, melakukan Hospital Record Review (HRR) terhadap Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya sejak tanggal 01 Januari 2022 dan melaporkan segera jika ada penemuan kasus potensial sesuai indikasi kasus tersebut," jelas Nanik.
 
Sedangkan bagi setiap Puskesmas, Nanik menyebut, pihaknya meminta agar seluruhnya melakukan penguatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada seluruh masyarakat Kota Surabaya. Termasuk pula upaya pencegahan melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara konsisten dalam berkegiatan sehari-hari dan di lingkungan tempat tinggal.

"Selain itu, juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera mengakses Fasyankes (Puskesmas setempat) apabila mengalami sindrom jaundice," ujar dia.
 
Di sisi lain, Dinkes juga meminta setiap Puskesmas agar memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice akut secara rutin melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak.
 
Selain itu, kata Nanik, pihaknya juga meminta seluruh Puskesmas di Surabaya agar melakukan penguatan jejaring kerja surveilans lintas program dan lintas sektor di masing-masing wilayah kerja. "Segera memberikan notifikasi (pelaporan melalui SKDR) apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun penemuan kasus ke Dinkes Kota Surabaya," tambahnya.

Baca Juga: Spesialis Hepatitis Dr Soetomo: Hepatitis Anak Tak Pernah Parah

Berita Terkini Lainnya