TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Survei: Ketersediaan Infrastruktur Jadi Masalah Utama di Surabaya

Berdasarkan penilaian masyarakat

Tenaga ahli Tim Riset Pilkada ITS, Dr. Dra. Agnes Tuti Rumiati saat rilis hasil survei, Jumat (14/2). IDN Times/Fitria Madia

Surabaya, IDN Times - Survei yang dilakukan oleh Pusat Riset Pilkada JTV bersama Tim Survei Pilkada Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengungkapkan bahwa ketersediaan infrastruktur dasar di Surabaya masih mendapat nilai rendah di mata masyarakat. Artinya warga Kota Pahlawan menilai, ketersediaan infrastruktur menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh wali kota berikutnya.

1. Masyarakat Surabaya belum puas dengan infrastruktur yang ada saat ini

Pemaparan Survei Jajak Pendapat Sosok Pemimpin Kota Surabaya 2020, Jumat (14/2). IDN Times/Fitria Madia

Hal tersebut disampaikan oleh tenaga ahli Tim Survei Pilkada ITS, Dr. Dra. Agnes Tuti Rumiati, M.Sc saat merilis hasil surveinya. Dari delapan bidang permasalahan yang ditanyakan ke masyarakat, ketersediaan infrastruktur dasar mendapai nilai terendah atas kepuasan masyarakat.

"Bisa kita lihat di sini sarana dan prasarana menjadi prioritas permasalahan yang dialami masyarakat Surabaya. Baru setelah itu permasalahan ekonomi dan lingkungan," ujar Agnes seraya menjelaskan diagramnya, Jumat (14/2).

Baca Juga: Kurangi Polusi, Dosen ITS Ciptakan Bata Ramah Lingkungan

2. Ruang terbuka hijau sekitar pemukiman masih kurang

Ilustrasi RTH Surabaya. IDN Times/Vanny El Rahman

Permasalahan yang masuk dalam kategori infrastruktur dasar tersebut adalah ketersediaan dan kualitas ruang terbuka hijau, air bersih, listrik, sanitasi, fasilitas kesehatan, dan akses komunikasi/internet. Masalah yang mendapat tingkat kepuasan paling rendah adalah kualitas ruang terbuka hijau.

"Tapi ruang terbuka hijaunya ini lebih ke kasus lokal, ya. Jadi kayak di sekitar rumah begitu," tuturnya.

3. Masyarakat masih merasa lapangan kerja terbatas

Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara jika dilihat dari keseluruhan, ketersediaan lapangan pekerjaan mendapat nilai paling rendah yaitu 2,9 dari rentang 1 sampai 5. Hal yang dipermasalahkan adalah sempitnya klasifikasi jurusan kuliah, batas usia maksimal 25 tahun, dan status menikah.

"Masalah keterbatasan lapangan pekerjaan ini juga disusul dengan masalah pengangguran. Tampaknya pekerjaan menjadi masalah khusus di Surabaya," lanjutnya.

Baca Juga: Survei JTV dan ITS: Politik Identitas Tak Laku 'Digoreng' di Pilwali

Berita Terkini Lainnya