Epidemiolog Unair: Kontak Erat di Surabaya Dilacak, Tapi Gak Dites
Ada kesia-siaan tracing jika tak dites dengan maksimal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Epidemiolog Universitas Airlangga Dr Windhu Purnomo menyoroti teknis tes-lacak-isolasi sebagai upaya penanganan COVID-19 di Kota Surabaya. Pelacakan atau tracing merupakan salah satu ujung tombak untuk mendeteksi potensi penularan kasus yang ada di masyarakat. Sayangnya, pelacakan ini menjadi sia-sia jika tak diimbangi dengan jumlah testing.
1. Kemampuan tracing Surabaya sudah cukup baik
Berdasarkan data yang dimiliki Windhu dari hasil asesmen Kota Surabaya, kasus konfirmasi rata-rata per hari adalah 422. Sedangkan, rasio lacak yang dimiliki oleh Kota Surabaya adalah 1 dibanding 19,5. Artinya, dari satu kasus terkonfimasi COVID-19 maka kontak erat yang berhasil ditemukan sebanyak 19,5 orang.
"Jadi sudah lebih dari 1 dibanding 15 yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan. Kalau WHO sih mintanya 30. Tapi gak apa-apa ini sudah bagus," ujarnya saat FGD Surabaya Menuju Zona Kuning, Rabu (18/8/2021).
Baca Juga: Kemenkes Desak Pemda Gencarkan Tracing dan Testing