TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pakar Epidemiologi Heran dengan Klaim Risma Soal Surabaya Zona Hijau

Data Kemenkes menyebut Surabaya masih zona merah

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat memberangkatkan mahasiswa relawan COVID-19, Senin (3/8/2020). Dok Humas Pemkot Surabaya

Surabaya, IDN Times - Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga, dr. Windhu Purnomo mengaku heran dengan pernyataan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini soal Surabaya yang telah berstatus zona hijau. Padahal, status zona yang menetukan pemerintah pusat. Kemenkes menyatakan bahwa Surabaya masih zona merah.

"Dirjen P2P (Kemenkes) Pak Achmad Yurianto menyatakan data Bu Risma itu tidak valid karena bukan dari Kemenkes. Data itu gak update," ujarnya kepada IDN Times, Selasa (4/8/2020).

Berdasarkan data pemerintah pusat di laman covid19.go.id, ada sembilan kabupaten/kota di Jawa Timur (Jatim) yang masih zona merah. Yakni Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Batu dan Kota Malang.

1. Data Dinkes sebut masih merah, penambahan kasus baru masih terjadi

Tim Kajian Epidemiologi FKM Unair Dr. Windhu Purnomo saat konferensi pers di Gedung Negara Grahadi, Jumat (8/5). Dok Istimewa

Sehingga, klaim Surabaya zona hijau dinilai Windhu tidak tepat. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim dan Surabaya juga menunjukkan Kota Pahlawan masih zona merah. Dia membeberkan secara epidemiologi kalau penambahan kasus baru masih terus terjadi. Memang kenaikannya tidak tajam.

"Masih ada (kasus baru) dan tinggi kasus barunya," katanya.

Baca Juga: Musyawarah dengan Warga Gunung Anyar, Risma Ingin Buka Blokir Jalan

2. Tingkat kematian masih tinggi di atas nasional

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Tak hanya kasus baru, persentase kematian akibat COVID-19 di Surabaya disebut Windhu tergolong sangat tinggi. Yaitu 8,9 persen. Angka ini lebih tinggi dari nasional yang tingkat kematiannya 4,5 persen. Sekaligus masih jauh dari standar organisasi kesehatan dunia (WHO) yakni dua persen.

"Itu sesuatu sangat buruklah angka kematian tinggi itu. Artinya, hilir ini sudah kewalahan menerima kasus (pasien) dari hulu," ucapnya.

3. Tingkat penularan di bawah 1 selama empat hari berturut-turut, harus dipertahankan selama 14 hari

Ilustrasi COVID-19 (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Meski begitu, ada secercah harapan bagi Surabaya. Rate of transmission (Rt) atau tingkat penularannya selama empat hari berturut-turut di bawah 1. Jika bisa dipertahankan selama 14 hari sesuai ketentuan WHO, maka dipastikan Surabaya benar-benar sembuh.

"Itu sampai tanggal on set minggu kemarin, jadi tanggal on set kan (bacanya) mundur ke belakang satu sampai dua minggu," jelasnya.

"Tapi masih empat hari. Sebelumnya fluktuatif, pernah di angka satu. Sekarang di bawah satu. Harapan kita bisa dipertahankan 14 hari. Berarti indikator bagus tingkat penularan di bawah satu," dia melanjutkan.

Baca Juga: Risma Klaim Surabaya Zona Hijau, Khofifah: Bukan Kewenangan Pemda

Berita Terkini Lainnya