TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menanti Vaksin COVID-19, Solusi Mujarab Mengatasi Pandemik

Semoga pandemik ini segera berlalu

Ilustrasi pemberian vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Surabaya, IDN Times -  Vaksin COVID-19 menjadi barang yang ditunggu-tunggu oleh dunia. Vaksin menjadi senjata ampuh untuk memukul mundur virus SARS CoV-2. Kini, pencarian formulasinya pun masih terus dilakukan oleh banyak peneliti dari penjuru negeri. Namun, apakah benar nantinya vaksin menjadi yang paling mujarab?

Guru Besar Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair), Prof. Chairul A. Nidom mengatakan, semua hal yang disebabkan oleh virus, intervensi terbaiknya adalah dengan vaksin. Sebab, vaksin akan membentuk antibodi atau sistem pertahanan pada tubuh manusia.

“Kalau ada virus masuk, maka langsung ditangkap oleh vaksin ini. Makanya vaksin dikembangkan untuk intervensi penyakit-penyakit lain,” papar Nidom saat Ngobrol Seru bersama IDN Times dengan topik 'Benarkah Vaksin Penangkal Mujarab COVID-19?', Rabu (4/11/2020).

1. Vaksin intervensi terbaik dan efisien untuk hadapi pandemik COVID-19

Guru Besar Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair), Prof. Chairul A. Nidom saat Ngobrol Seru bersama IDN Times, Rabu (4/11/2020). IDN Times/Dida Tenola

Akan tetapi, Nidom mengingatkan kalau tidak semua virus dapat ditangkal dengan vaksin. Ketua Tim Riset Corona dan Vaksin Prof. Nidom Foundation ini mencontohkan, HIV dan demam berdarah dengue (DBD) adalah dua virus yang sampai sekarang masih sulit diobati dengan vaksin. “Sulit pendekatan dengan vaksin,” katanya.

Lantas bagaimana dengan COVID-19? Nidom menjelaskan, kalau virus yang satu ini mempunyai struktur berbeda dengan virus-virus lainnya. Dia melihat pola kemiripan dengan HIV maupun DBD, bahwa sukar didekati dengan vaksin.

“Virus (SARS CoV-2) punya manuver dan meliuk kalau bertemu antibodi. Virus itu membuat kami excited. Virusnya cerdas dan licik. Strukturnya tidak dimiliki virus sebelumnya, obat bisa ditolak,” jelasnya.

Melihat pola sedimikian rupa, Nidom berharap agar peneliti yang sedang bertugas saat ini benar-benar mengamati perkembangan virus tersebut, khususnya di Indonesia. Dia mengingatkan agar pembuatan vaksin tidak hanya sekadar menitikberatkan pada kepentingan bisnis semata.

“Vaksin intervensi terbaik dan efisien untuk pandemik. Bisnis iya, tapi jangan dikedepankan. Perlu kajian bersama teman di lab (laboratorium) dan teman yang lakukan bisnis,” ucap Nidom.

Sembari menunggu peluncuran vaksin COVID-19, Nidom mengajak masyarakat tetap ingat "Pesan Ibu". Yakni dengan mematuhi protokol kesehatan. Adapun protokol yang dimaksud, senantiasa memakai masker jika di tempat umum, rajin cuci tangan saat dan akan beraktivitas, serta menjauhi kerumunan hingga jaga jarak fisik.

“'Pesan Ibu' harus kita laksanakan, pahami penularan melalui saluran pernapasan dan pencernaan, cara pencegahan terbaik membatasi virus ini agar tidak masuk. Penggunan masker itu terstandarisasi,” lanjutnya.

Baca Juga: Kejar Zona Hijau, Kota Malang Harap Jadi Priotitas Vaksin COVID-19

2. Uji klinis vaksin diperkirakan tuntas antara akhir 2020 hingga awal 2021

Senior Advisor on Gender and Youth to The WHO DG, Diah Saminarsih saat Ngobrol Seru bersama IDN Times, Rabu (4/11/2020). IDN Times/Dida Tenola

Sementara itu, Senior Advisor on Gender and Youth to The WHO DG, Diah Saminarsih memberikan optimisme kepada warga global tentang vaksin COVID-19. Dia menyebut bahwa vaksin sekarang ini sudah mulai masuk uji klinis. Nah, uji klinis satu dan dua dilakukan secara paralel, sehingga dapat memangkas waktu.

“Uji klinis satu dan dua dikerjakan paralel bersama-sama. Sekarang ini ada 200 kandidat vaksin,” ucapnya yang juga menjadi pembicara di acara Ngobrol Seru IDN Times.

Setelah uji klinis satu dan dua selesai, lanjut Diah, nantinya akan masuk ke uji klinis ketiga. Nah, uji klinis ketiga ditaksir selesai antara akhir 2020 hingga awal 2021. Kemudian akan ditinjau selama dua sampai tiga bulan lamanya. Jika dalam prosesnya bagus, maka masuk tahap keempat, memonitor pasar dan keamanannya.

“Kita masih jauh sekali, begitu ada masuk fase keempat itu monitor market control. Safety-nya harus dimonitor juga,” ucapnya.

Setelah vaksin terwujud, Diah memastikan Indonesia mendapatkan jatah tiga persen dari 20 persen yang disediakan untuk anggota COVAX. Nantinya vaksin jatah tersebut tidak langsung diedarkan ke masyarakat umum, tapi dikhususkan bagi kalangan tertentu terlebih dahulu.

“Populasi rentan dan front line yang utama pada saat (vaksin) sudah selesai,” tegasnya.

Baca Juga: Pemkot Malang Mulai Mendata Distribusi Vaksin COVID-19

Berita Terkini Lainnya