Gunung Raung Kebakaran di Malam Suro, Warga Banyuwangi Gelar Ritual

Diyakini, malam satu Suro banyak energi negatif

Banyuwangi, IDN Times - Malam satu suro yang jatuh pada Selasa (18/7/2023) diperingati puluhan warga lereng Gunung Raung, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur dengan menggelar ritual tolak bala atau yang biasa disebut Baritan (selamatan). Salah satu tujuan ritual ini yakni memohon doa agar tidak terjadi bencana yang bersumber dari Gunung Raung.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada 17 Juli 2023 hutan di kaki Gunung Raung mengalami kebakaran. Menurut data BPBD Banyuwangi, titik kebakaran berada di petak 80 kilometer Pasewaran, Kecamatan Wongsorejo.

1. Ritual ini jadi media untuk berdoa

Gunung Raung Kebakaran di Malam Suro, Warga Banyuwangi Gelar RitualKebakaran hutan kaki Gunung Raung, Senin 17 Juli 2023. (FOTO: Istimewa)

Tetua setempat, Ki Asmoro Sampir, mengatakan jika Baritan ini merupakan media bagi masyarakat setempat untuk merenung, khususnya memasuki bulan Suro dalam tradisi umat Islam di tanah Jawa. Selain itu, warga juga berdoa agar diberikan keselamatan dari ancaman bencana alam Gunung Raung.

"Adalah wadah bagi masyarakat untuk berdoa. Baik itu dari bencana laut, sungai, hutan atau gunung," kata Ki Sampir, Selasa (18/7/2023).

Baca Juga: Hujan Ekstrem di Banyuwangi Reda, Gunung Raung Kebakaran

2. Gunung Raung juga mengancam di bulan Suro tahun 2022 lalu

Gunung Raung Kebakaran di Malam Suro, Warga Banyuwangi Gelar RitualRitual Baritan malam satu Suro warga Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Ki Sampir menuturkan, pada tahun lalu, menjelang malam satu Suro, Gunung Raung juga mengalami erupsi pada Rabu 27 Juli 2022. Gunung dengan kaldera seluas 2 kilometer itu menyemburkan abu setinggi 1.500 meter ke udara. Saat itu status Gunung Raung ditingkatkan menjadi Waspada.

"Tahun kemarin juga ada kode yang ditunjukkan alam kepada manusia. Sebab itulah kita diingatkan kembali untuk merawat alam ini," jelasnya.

Ki Sampir mengatakan, terlepas dari erupsi Gunung Raung, dalam kepercayaan adat Jawa, di malam satu suro ini diyakini sebagai malam yang memiliki energi magis paling besar. Dipercaya, di bulan suro ini akan banyak bentuk kesialan dan nasib apes yang sewaktu-waktu bisa menimpa seseorang.

3. Warga percaya ada faktor X di malam satu Suro

Gunung Raung Kebakaran di Malam Suro, Warga Banyuwangi Gelar RitualTakir Baritan malam satu Suro warga Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Konon, pada malam satu suro ini diyakini ada banyak bangsa lelembut yang mencoba keluar dari persembunyiannya. Masyarakat setempat meyakini bangsa lelembut tersebut akan mencoba mengganggu kehidupan nyata karena mendapatkan energi yang cukup di bulan suro ini. 

"Misalnya saja ada cerita soal jin budeg yang mitosnya kerap membuat para pengendara mendadak linglung dan tuli saat di jalan," katanya.

Faktor x ini juga dipercaya yang membuat banyaknya kecelakaan di rel kereta api dan juga di jalan raya. Selain itu, berdasarkan mitos yang beredar, Banyuwangi juga memiliki dua kerajaan jin besar di tanah Jawa. Yakni di Alas Purwo dan di Gunung Raung. 

"Sebab itulah, masyarakat Banyuwangi yang meyakini kepercayaan Jawa tersebut menggelar ritual baritan ini," katanya.

4. Ada takir dalam Baritan yang punya filosofi khusus

Gunung Raung Kebakaran di Malam Suro, Warga Banyuwangi Gelar RitualRitual Baritan malam satu Suro warga Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Menurut Yanto, Ketua RW 01 Dusun Panjen, ritual Baritan ini digelar di pelataran kampung. Atau biasanya di pinggiran jalan secara serentak. Selain berdoa, masyarakat membuat takir (mangkok dari daun pisang) yang di isi dengan makanan sehari-hari. 

Yanto menyebut, jumlah takir ini, dibuat oleh masing-masing rumah dengan menyesuaikan jumlah anggota keluarganya. Semisal satu keluarga ada 5 orang, maka harus membuat 5 buah takir. .

Selanjutnya takir tersebut dilingkari dengan janur kuning. Dalam istilah adat Jawa, sajian ini disebut takir plontang. Sedangkan janur, memiliki makna 'sejatine nur' yang artinya cahaya sebenarnya. 

"Setelah memanjatkan doa bersama, sajian yang di bawa selanjutnya ditukar dan dimakan bareng-bareng. Bentuk kerukunan bersama dalam kehidupan bermasyarakat," kata Yanto.

Baca Juga: 1.300 Aparat Gabungan Disiagakan saat 1 Suro di Jatim

Agung Sedana Photo Community Writer Agung Sedana

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya