Peyek Kupang dan Mimpi Yuliani Membawa Kuliner Sidoarjo Mendunia 

Ternyata kupang bisa dibuat jadi peyek loh

Sidoarjo IDN Times - Salah satu kuliner khas Sidoarjo yang paling banyak dicari wisatawan adalah kupang lontong. Kupang lontong merupakan makanan mirip lontong sayur dengan kupang atau sejenis kerang kecil. Sayangnya, makanan ini hanya bisa dimakan di tempat. Belum ada kemasan kupang lontong yang bisa dibungkus atau dikirim ke luar kota. Celah bisnis inilah yang dilihat oleh Yuliani, warga Tanggulangin, Sidoarjo. 

Yuliani merasa bahwa kupang sebagai ciri khas Sidoarjo kurang terekspos ke luar kota. Ia pun berinovasi dengan menciptakan peyek dan rengginang kupang. “Saya mulai coba berkreasi sejak tahun 2016,” ujar Yuliani kepada IDN Times, Selasa (16/5/2023).

Kreasi ini juga muncul karena stok kupang kerap berlebih. Biasanya, kata Yuliani, ketika persediaan melimpah, kupang-kupang ini akan disimpan dalam pendingin. Kondisi ini menurutnya tak ideal. Sebab, rasa dan tekstur kupang akan berubah. “Jadi, saya berpikir keras, bagaimana caranya bikin olahan kupang yang tahan lama. Akhirnya tercetuslah peyek dan rengginang kupang."

Namun, inovasi ini tak begitu saja berhasil. Yuliani mengaku butuh beberapa kali percobaan hingga menemukan komposisi yang pas. Salah satu kendalanya yaitu tekstur kupang yang sangat berair. Jika terlalu kering, rasa kupangnya akan hilang. Sebaliknya, jika terlalu basah, peyek dan rengginang tidak akan tahan lama. 

Setelah menemukan resep yang tepat, Yuliani pun langsung memasarkan produknya. Ia mengaku sama sekali tak menemukan kendala dalam pemasaran. Maklum, Yuliani punya usaha jasa boga alias catering. Ia tinggal menyelipkan peyek dan rengginang dalam setiap paket catering miliknya.

Baca Juga: 5 Kuliner Lontong Kupang di Malang, Gurihnya Nagih

Peyek Kupang dan Mimpi Yuliani Membawa Kuliner Sidoarjo Mendunia Produk peyek kupang milik Yuliani. IDN Times/Faiz Nashrillah

Tentu saja cara ini berhasil. Banyak pelanggan kemudian secara khusus memesan olahan kupang miliknya. Omzetnya pun gak main-main. Dalam sebulan, Yuliani pernah mencatat omzet hingga Rp15 juta. “Saya sampai kirim ke Riau. Ada yang sekali kirim Rp12 juta,” kata dia.

Tak cuma di dalam negeri, peyek dan rengginang kupang miliknya bahkan sampai dikirim ke luar negeri. Beberapa pelanggan dari Hong Kong dan Arab Saudi juga banyak yang memesan produk olahan kupang miliknya. Yuliani pun merasa bangga. Baginya, ini merupakan salah satu cara memperkenalkan makanan khas Sidoarjo pada masyarakat luar.   

Sayangnya, pandemi COVID-19 yang datang sejak tahun 2020 membuyarkan semua. Ia sama sekali tak berproduksi lantaran tak ada pesanan. Selain karena perekonomian masyarakat yang melemah, COVID-19 juga membuat Yuliani kehilangan beberapa reseller besarnya. “Ada beberapa yang di luar jawa meninggal karena COVID-19. Padahal mereka sering pesan banyak untuk dijual lagi.”

Setelah pandemi mulai reda, usaha Yuliani pun mulai merangkak kembali. Olahan kupang miliknya mulai kembali dipasarkan ke luar daerah. Namun, kendala mulai muncul usai pandemi. Banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan membuat usaha kuliner semakin menjamur. Akhirnya, kata Yuliani, perang harga terjadi. “Sekarang yang penting murah, kualitas gak terlalu dipedulikan. Makin banyak saingan yang cuma jual murah,” kata dia. 

Namun, ia tak gentar. Yuliani mengaku sudah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi persaingan di tengah kenormalan yang baru. Apalagi, ia kini menjadi mitra Bank Rakyat Indonesia (BRI). Selain permodalan, ia mengaku juga mendapat berbagai pelatihan yang bisa menunjang produksinya. Yuliani bahkan sedang menyiapkan varian baru dari olahan kupang, yaitu berbentuk sambal. “Saya inginnya kupang sebagai signature Sidoarjo bisa dikenal semua orang.”

Baca Juga: Cuan dari Sayur, Kisah Petani Urban Manfaatkan Lahan Tidur

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya