TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jadi Anggota PPS KPU, Nada Kini Tak Lagi Golput

Nada awalnya memilih golput karena buta dengan politik

Qathrunnada Syabania Putri (kiri) saat berfoto dengan Ketua KPU Kabupaten Malang, Anis Suhartini. (IDN Times/istimewa)

Malang, IDN Times - Generasi Z atau biasa disebut Gen Z kini memiliki andil dalam peta perpolitikan di Indonesia. Namun, kurangnya pendidikan politik membuat mereka berpotensi menjadi golongan putih (golput) saat pemilihan umum (pemilu). Hal itulah yang dialami oleh Qathrunnada Syabania Putri (20) Mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2020.

Gadis yang akrab disapa Nada ini mengakui kalau pada pemilu-pemilu sebelumnya golput. Pasalnya, keluarganya juga golput membuatnya tidak memiliki ketertarikan dalam dunia politik. Namun, kini ia menjadi anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Pakis, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Ia akhirnya memilih ketertarikan belajar politik meskipun sedikit demi sedikit.

"Ketika pemilu sebelumnya, jujur saja saya golput, karena sekeluarga golput juga. Dan golput ini ada beberapa faktor mulai dari tidak ada temannya, TPS yang terlalu jauh, sampai pemetaan wilayah yang tidak pas. Kemudian untuk mahasiswa mungkin juga tidak mengenal calon-calonnya juga, karena salah juga kalau asal coblos, kita harus tahu visi misinya juga," jelasnya saat dikonfirmasi pada Jumat (24/02/2033).

1. Pengalaman pertama sebagai anggota PPS

Ilustrasi KPU. (IDN Times/Sukma Shakti)

Nada mengatakan kalau ini adalah pengalaman pertanyaan sebagai anggota PPS untuk Pemilu 2024. Dan pada mulanya ia juga tidak pernah membayangkan akan menjadi anggota PPS seumur hidupnya.

"Pada awalnya saya tidak tahu menahu soal PPS, tapi suatu hari sapat ajakan dari salah satu senior di organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Selain itu saya ingin belajar langsung untuk terjun ke masyarakat," bebernya.

Ia tidak puas hanya belajar teori saja di perkuliahan, ia perlu melakukan praktik langsung di masyarakat. Ia juga merasa masih menjadi pribadi yang labil, sehingga dengan menjadi anggota PPS agar memiliki pandangan dan pencapaian ke depannya setelah lulus kuliah. Kemudian ia juga merasa tertantang sebagai seorang newbie dalam dunia perpolitikan, dan pure ingin belajar.

"Saya juga biar punya arah kedepannya mau jadi apa, kemudian saya ingin belajar public speaking. Intinya ingin belajar berbaur ke masyarakat dan manajemen waktu," tuturnya.

Meskipun diakuinya bahwa sangat sulit membagi waktu antara perkuliahan, organisasi, dan menjadi anggota PPS, namun, lama kelamaan ia bisa beradaptasi dan tahu mana yang harus jadi prioritas.

Baca Juga: Gaya Politik Gen Z, Terjun karena Resah Kebijakan Pemerintah

2. PPS di Malang sangat butuh anak muda

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Mardya Shakti)

Setelah beberapa minggu menjadi anggota PPS di Desa Pakis, ia akhirnya tahu kalau PPS di setiap desa di Kabupaten Malang sangat membutuhkan anak muda sebagai anggota. Karena kini pekerjaan di PPS menggunakan teknologi berbasis online.

"Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pemilu kali ini penyelenggara banyak yang memanfaatkan teknologi online. Sehingga keberadaan pemuda sangat dibutuhkan, meskipun tidak mendalami tapi setidaknya tahu karena sistem yang digunakan adalah sistem online," ujarnya.

Meskipun baru pertama kali jadi anggota PPS, tenaganya sangat dibutuhkan untuk mengotak-atik komputer. Apalagi di PPS Desa Pakis kebanyakan adalah orang-orang senior yang awam dengan teknologi. "Di PPS saya kan juga banyak orang lama, tapi mereka tidak tahu bagaimana memakai google drive. Sehingga generasi muda ini bisa tahu cara penyelesaian yang praktis," ungkapnya.

Baca Juga: Menjawab Gen Z, Ini Strategi Capres-Cawapres Supaya Menang Pemilu 2024

Verified Writer

Rizal Adhi Pratama

Menulis adalah pekerjaan untuk merajut keabadian. Dengan menulis kita meninggalkan jejak-jejak yang menghiasi waktu. Tulisan dan waktu adalah 2 unsur yang saling tarik menarik membentuk sejarah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya