Kisah Fikri, Jadi Korban Bullying hingga Jadi Gagap saat Berbicara

Bully pada Fikri ternyata menurun dari generasi sebelumnya

Malang, IDN Times - Bullying atau perundungan masih menjadi masalah serius di lingkungan anak-anak di Indonesia. Bullying masih menjadi momok di lingkungan sekolah sampai lingkungan rumah anak. Sungguh mengkhawatirkan, karena dampak bullying sangat berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak.

Salah seorang penyintas bullying dari Kecamatan Turen, Kabupaten Malang bernama Fikri Husaini Muzakki (26) misalnya, yang menceritakan bagaimana kelamnya masa kecil saat menjadi korban bullying. Ia menjadi korban perundungan sampai menyebabkan gagap dalam berbicara. Berikut ini kisah Fikri.

1. Fikri mengatakan jika keluarganya sudah tidak begitu disukai sejak pindah rumah di Turen

Kisah Fikri, Jadi Korban Bullying hingga Jadi Gagap saat Berbicarailustrasi bullying (IDN Times/Aditya Pratama)

Fikri menceritakan jika sudah lama keluarganya tidak begitu disukai oleh beberapa tetangga yang ada di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Dimulai sejak kakeknya yang merupakan pensiunan tentara mendapat tanah dari Pemerintah Desa (Pemdes) setempat, tapi warga sekitar mengklaim kalau tanah tersebut milik mereka. Tapi singkat cerita kakeknya memang dalam gugatan di pengadilan, sehingga tanah tersebut secara sah milik kakek Fikri.

Setelah itu, seluruh keluarganya pindah ke tanah yang dimenangkan kakek Fikri dan membangun rumah di sana mulai dari tante sampai ibunya. Fikri juga menceritakan jika dulu ternyata di sana banyak lokalisasi yang dijalankan warga sekitar. Tapi karena kedua orang tuanya merupakan PNS (Pegawai Negeri Sipil) membuat tetangga sekitar juga tidak begitu suka atau iri.

"Waktu SD aku tidak mengerti kenapa anak-anak di sana membully aku, yang pasti dari SD kelas 1 sampai kelas 6 aku cukup rajin dan pandai mengaji di antara anak-anak seumuran. Aku waktu itu jadi favorit guru ngaji dan punya banyak teman karena skill bermain bolaku juga bagus," terangnya saat dihubungi pada Sabtu (08/07/2023).

Tapi ada salah satu anak, yang memang terkenal dominan tapi dibarengi sikap nakal. Fikri merasa sepertinya anak itu memendam rasa tidak suka kepadanya sejak lama, tapi ia tidak tahu apa alasannya. Hingga akhirnya saat bermain sepak bola ia tiba-tiba melakukan kekerasan fisik kepada Fikri. 

"Saat itu terlihat dia melampiaskan semua rasa tidak sukanya. Setelah itu dia mempengaruhi seluruh anak-anak di desa untuk mengasingkan aku. Mulai dari karang taruna sampai setiap aku datang ke perkumpulan anak-anak di sana selalu dipersekusi. Bayangkan saat itu masih kelas 5 SD dipersekusi anak-anak sampai orang dewasa," bebernya.

Sejak saat itu hari-hari Fikri mulai berubah, setiap ia bermain bola pasti dikeroyok anak-anak lainnya. Tapi Fikri tidak memiliki keberanian untuk membalas, untungnya Fikri masih bisa berlari agar tidak semakin mengalami luka serius.

Baca Juga: Korban Bullying di Malang Trauma sampai Takut Salat Jumat

2. Bullying membuat kepribadian Fikri berubah dari anak yang ceria menjadi anak yang pemurung

Kisah Fikri, Jadi Korban Bullying hingga Jadi Gagap saat Berbicarailustrasi bullying (IDN Times/Aditya Pratama)

Sejak kejadian itu, kepribadian Fikri menjadi berubah 180 derajat. Ia yang biasanya suka bermain sepak bola di lapangan jadi hanya mengurung diri di dalam kamar. Ia bahkan sampai mengalami kendala saat berbicara atau gagap bicara.

"Akhirnya ketika naik kelas 6 SD sampai kelas 1 MTS aku depresi dan gak berani keluar rumah. Bahkan aku sampai mengalami penyakit gagap saat berbicara. Saking parahnya saat kelas 1 MTS aku gagap saat disuruh membaca puisi di depan kelas. Sehingga diketawain satu kelas dan dijadikan badut kelas," ungkapnya.

Fikri pernah melaporkan bullying ini kepada orang tuanya, tapi orang tuanya tidak membantu sama sekali. Orang tua Fikri menuntut Fikri bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Padahal masalah tersebut begitu pelik bagi anak usia 11 tahun.

"Katanya aku harus bisa melawan sendiri karena aku laki-laki. Mungkin iti bagi orang tua sepele, tapi bagiku itu sangat berpengaruh pada psikologis," ucapnya.

3. Kebangkitan Fikri, bergabung di kelas yang berisikan anak bandel sampai menjadi Ketua BDI saat SMA

Kisah Fikri, Jadi Korban Bullying hingga Jadi Gagap saat Berbicarailustrasi bullying (IDN Times/Aditya Pratama)

Fikri lalu menceritakan awal kebangkitannya saat masuk ke kelas 2 MTS, ia masuk ke dalam kelas paling nakal di sekolah. Mungkin semenjak itu ia mulai memiliki keberanian karena ikut-ikutan melakukan kenakalan kecil di sekolah. Puncaknya saat masuk kelas 1 SMA, Fikri masuk ke dalam asrama yang meningkatkan kepercayaan diri meningkatkan drastis.

"Karena saat di asrama diwajibkan khotbah Jumat di sekolah. Kemudian aku ikut Paskibra yang dilatih ketegasannya. Kemudian aku juga ditunjuk sebagai Ketua Badan Dakwah Islam (BDI) di sekolah. Aku juga ikut OSIS yang mewajibkan untuk bicara didepan banyak orang. Aku di sekolah dipaksa untuk sembuh dari penyakit gagap," bebernya.

Terakhir, Fikri memberikan saran kepada anak-anak yang masih menjadi korban bullying di sekolah atau lingkungan rumah. Ia berharap agar mereka para korban bullying harus bangkit dan mulai melawan balik. Pasalnya pelaku bullying ini memang mengincar mereka yang lemah secara mental untuk diinjak-injak.

"Aku kadang gemas melihat orang yang dibully itu diam saja. Soalnya dulu aku menyesal kenapa saat dibully kok tidak melawan. Intinya harus bisa melawan balik, jangan terlalu baik, kalau ada yang menjahati kita harus dijahati balik demi membela diri kita. Intinya melawan dengan cara yang benar," pungkasnya.

Baca Juga: Psikolog: Karakteristik Bullying, Pengulangan kepada Korban yang Sama

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya