TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Khoiri, Peternak Kambing di Madiun yang Wadahi Millennial

#MillennialsInspiratif Beri pelatihan dan ajak bermitra

Khoiri (tengah - bawah) bersama peserta pelatihan beternak yang diadakan 'Kandank Oewang'. Dok.IDN Times/Instagram Kandank.Oewang

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

Madiun,IDN Times – Sebagai pengusaha muda, Muhammad Tanfidzul Khoiri (26) terus berusaha mengepakkan sayap. Selain untuk meningkatkan penghasilan pribadi, ia ingin bermanfaat bagi banyak orang terutama generasi millennial.

Untuk mewujudkannya, Khoiri membuka pelatihan beternak kambing, domba, dan pembuatan pakan organik sejak setahun terakhir. Ratusan warga sudah mengikuti workshop yang digelar di tempat usaha yang diberi nama ‘Kandank Oewang’di Jalan Sarana Mulya Gg Buntu, Rejomulyo, Kota Madiun.

Selain bertatap muka langsung, pelatihan juga dilakukan secara daring atau online bagi peserta yang berada di luar daerah. Sebagian peserta yang telah mendapatkan pelatihan akhirnya bermitra dengan ‘Kandank Oewang’.

“Ada 40-an yang sudah bergabung untuk berusaha bersama,” kata Khoiri ditemui di tempat usahanya, Kamis (31/10).

1. Bagi pekerjaan kepada mitra usaha

Banner yang menunjukkan lokasi peternakan kambing 'Kandank Oewang' yang dirintis oleh generasi Millenial. IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Mereka yang bermitra dengan ‘Kandang Oewang’ memiliki peran berbeda-beda. Komunitas anak muda di wilayah Desa Dungus, Kecamatan Wungu, misalnya, kebagian tugas membuat silase (pakan ternak dari batang tanaman jagung yang disimpan selama beberapa hari kemudian dicacah).

Dalam sebulan, produksi silase yang dihasilkan ‘Kandang Oeang’ mampu menghasilkan 40 ton. Adapun penjulannya sudah tersebar ke wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. “Pembuatan silase di sana (Desa Dungus). Saya mengeceknya secara berkala, minimal seminggu sekali,” ujar Khoiri.

2. Hajatan akikah menjadi pangsa pasar

Khoiri pemilik usaha peternakan 'Kandank Oewang' sedang memperhatikan domba yang dibudidayakan. IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Sedangkan untuk kambing, ayah dari Muhammad Hafizh Abukhoir (3 bulan) ini menyatakan sebagian juga dikembangkan komunitas lain. Hewan ternak ini biasanya dijual kepada konsumen yang hendak melaksanakan akikah.

Untuk melengkapi komoditas jualan itu, Khoiri juga bekerjasama degan kelompok lain yang menyediakan jasa memasak. “Kalau untuk penjualannya (kambing untuk akikah) biasanya ke lembaga akikah selain ke perorangan,” ujar suami Ika Ramunasari ini.

3. Operasionalkan koperasi untuk membuat sistem usaha baru

Untuk mendukung permodalan dan pangsa pasar peternak, 'Kandank Oewang' mendirikan koperasi. IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Khoiri sengaja melibatkan banyak pihak dalam mengembangkan usahanya. Ia ingin membuat sistem baru dalam usaha peternakan yang terintegrasi dengan pertanian, dan kesehatan hewan. Oleh karena itu, sejak beberapa bulan terakhir Koperasi Pemasaran Slamet Agri Kultur dioperasionalkan.

“Untuk memudahkan akses permodalan, pembinaan, dan pasarnya. Saya sadar, kalau tanpa melibatkan banyak orang produksi tidak bisa digenjot,” ujar anak ketiga dari empat bersaudara pasangan suami – istri Kunto Setyono – Eny Setyaharni ini.

Baca Juga: Berusia 26 Tahun, Nastiti Sudah Sandang Gelar Doktor dengan IPK 4,00

4. Pernah mendapatkan beasiswa untuk mengikuti magang di Jepang

Khoiri sedang memperhatikan domba yang dibudidayakannya di Kandank Oewang Kota Madiun. IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Ide membuat sistem baru dalam usaha peternakan bermula dari kegiatan yang diikuti Khoiri di Jepang beberapa waktu lalu. Ia terpilih mendapatkan beasiswa mengikuti pelatihan bisnis peternakan di Negeri Matahari Terbit selama 10 bulan.

“Di sana (Jepang) tidak ada tengkulak dan berbeda dengan di sini (Indonesia). Tengkulak sing sugih (yang kaya),” ujar Khoiri sembari mengungkapkan untuk membuat sistem baru dalam peternakan harus terjadi sinergisitas antara peternak, pasar, dan pemerintah.

5. Omzet rata-rata per bulan Rp70-75 juta

(Ilustrasi) IDN Times/Mela Hapsari

Melalui koperasi dan sistem yang diterapkan di ‘Kandank Oewang’, setidaknya Khoiri sudah membuktikan kiprahnya. Usaha yang ditekuni sejak beberapa tahun terakhir memiliki omzet antara Rp 70-75 juta per bulan.

Selain itu, sejumlah kalangan millennial juga terlibat dalam mendukung usaha itu. Untuk menyediakan silase, misalnya, mereka dapat mengantongi uang Rp 3 juta rata-rata per bulan per orang. “Saya menekankan (kepada mereka) yang penting setiap hari bisa dapat uang. Pilihannya ya membuat silase. Kalau beternak, dapat untungnya agak lama,” ujar Khoiri.

Baca Juga: Laila, Anak Penarik Becak Bergelar Doktor dari ITS

Topik:
Berita Terkini Lainnya