TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Novian, Pemuda Banyuwangi yang Jual Kopi Bayar dengan Sampah

#MillennialsInspiratif keluar kerja demi lestarikan lingkungan

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

 

Banyuwangi, IDN Times - Novian Dharma Putra (32), warga Kelurahan Taman Baru, Kabupaten Banyuwangi, tampak bersiap menata dagangan kopi di atas motor gerobak miliknya. Seperti pedagang lain, Novian menjual kopi Nusantara dengan alat tukar uang rupiah.

Namun, ada yang berbeda dengan pedagang kopi lain. Selain uang tunai, dia juga menerima pembayaran sekantong sampah secangkir kopi darinya.

 

1. Ngopi bayar sampah setiap Jumat

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Layanan minum kopi dengan bayar sampah ia buka setiap hari Jumat. Novian ingin menyampaikan kampanye lingkungan, agar masyarakat bijak dengan sampah, tidak buang sembarangan dan menyadari bahwa sampah memiliki nilai ekonomis.

"Ide kopi bayar sampah ini sudah jalan satu bulan, sudah lima kali kegiatan," kata Novian saat ditemui di kediamannya, di Perumahan Agus Salim Residence, Banyuwangi, Minggu (14/7).

2. Tertarik dengan kelestarian lingkungan sejak SMA

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Lantas, siapa Novian ini sehingga dia mau menyisihkan keuntungan berdagang kopi kelilingnya untuk kampanye lingkungan, khususnya persoalan sampah?

Bila dilihat dari nilai jual sampah yang ditukar masyarakat, rata-rata sekantong plastik ukuran besar senilai Rp2000, sementara kopi Nusantara yang dia jual rata-rata seharga Rp8-10 ribu dengan metode seduh tubruk.

"Saya tertarik dengan lingkungan mulai sekolah di SMA Glagah Banyuwangi, aktif di PMR waktu itu, dan mulai tertarik soal dan mencintai lingkungan," kata pria kelahiran 22 November 1987 ini mengawali kisah hidupnya.

3. Sempat keliling kampung untuk sosialisasi pengolahan sampah

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sebelum jualan kopi, selama kurun waktu satu tahun 2017-2018, Novian juga rutin keliling kawasan Kota Banyuwangi dengan sepeda ontel yang dimodifikasi membawa tiga tong sampah.

Keliling untuk mengambil sampah, dan mendokumentasikan aktivitas warga yang buang sampah sembarangan, atau bijak dengan sampah lewat kameranya.

Saat Novian aktif mengkampanyekan isu sampah dengan sepeda ontel, dia masih tercatat sebagai pegawai alih daya atau outsourcing di Perusahaan Migas Nasional.

"Sejak 2009 saya kerja di Pertamina Hulu Energi ONWJ (Offshore North West Java) perusahaan migas yang beroperasi di lepas pantai laut Jawa," ujarnya.

Di Perusahaan Migas, Novian yang tertarik dengan persoalan sampah, ditempatkan sebagai operator pengelola lingkungan.

"Diwakilkan untuk jadi pengelola lingkungan, di sana ditraining berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, soal manajemen sampah, bagaimana sampah bisa digunakan lagi, recycle.

Baca Juga: Rendra Anugraha, Doktor Berusia 24 Tahun dengan IPK 3,95

4. Agar fokus, memutuskan keluar

IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Meski sudah bekerja di Perusahaan Migas dengan sistem outsourcing dan mendapatkan upah yang memadai, Novian akhirnya memilih hengkang dengan alasan agar bisa lebih dekat dengan keluarganya dan fokus mengabdikan dirinya pada isu-isu sampah.

Selama bekerja di Pertamiba, tiap dua pekan dalam sebulan, Novian harus meninggalkan keluarganya di Banyuwangi untuk bekerja di lepas pantai.

"Kemudian 2014, pernah berpikir, saya ini kerjanya kok di kantor saja, kenapa tidak di rumah saja. Dan sudah mulai lakukan pemilahan sampah, coba memilah di rumah. Dulu setiap pulang kerumah, saya selalu bawa pulang dua kardus sampah botol, kecap, sirup dari kantor," katanya.

Keputusan keluar dari Perusahaan Migas Nasional akhirnya dia putuskan pada 2018 silam.

Keputusan untuk keluar dari perusahaan Migas, memang bukan keputusan gampang. Novian tentunya harus menyesuaikan diri dengan gaya hidup baru, tentu dari hasi bisnis kopinya. Meski demikian, dia bisa lebih fokus mengkampanyekan isu sampah, dan lebih bahagia karena bisa terus dekat keluarganya.

"Bicara lingkungan, tidak lepas dari ekonomi dan sosial, makanya saya bikin usaha kopi. Banyuwangi gemar-gemarnya kopi, akhirnya jadi media, orang bisa beli dengan sampah. Agar menguatkan pemahaman sampah memiliki nilai jual," ujar bapak dua anak ini.

"Karena kampanye pakai sepeda dengan tong sampah kurang efektif dampaknya, makanya berinovasi menggunakan jualan kopi bisa bayar dengan sampah. Kalau sebelumnya, edukasi sampah saja, orang bosen," tambahnya.

5. Berharap ada aturan tegas dari pemerintah

unsplash.com/Neonbrand

 

Lebih jauh, Novian punya harapan besar terkait kampanye isu sampah yang dia geluti selama ini. Novian berharap adanya aturan buang sampah sembarangan yang berlaku secara tegas. Harapan ini lebih diyakinkan saat dia mendapat kesempatan untuk traveling ke negara Timur Tengah, Uni Emirat Arab, Dubai.

"Waktu di Dubai, tour guide bilang jangan buang sampah sembarangan, karena bisa kena sanksi. Di sana pemantauannya lewat kamera pengawas. Dubai itu 35 tahun silam negara kumuh, dan sekarang sudah bersih. Saya ingin membuat budaya baru, agar ada aturan kuat dari pemerintah," harapnya.

Baca Juga: Sampah Impor Desa Bangun, Berkah di Antara Mara Bahaya

Berita Terkini Lainnya