TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Pelajaran Bisnis Nurhayati Subakat, Pioner Kosmetik Halal Terbesar

Perempuan Indonesia yang menginspirasi..

Nurhayati Subakat. (theceomagazine.com)

Pastinya kamu sudah tak asing lagi dengan nama brand kosmestik lokal Indonesia seperti Wardah, Emina, Make Over, Kahf, Labore hingga Tavi? Bahkan, brand Wardah bisa dikatakan produk kosmestik halal pertama dan terbesar di Indonesia saat ini. Kepopulerannya membuat Wardah kini terus mengembangkan sayap ke pangsa pasar internasional.

Lalu, siapakah orang di balik kesuksesan ini? 

Ia adalah Nurhayati Subakat, perampuan kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat 72 tahun yang lalu. Sempat bekerja di perusahaan kosmestik multinasional, Nurhayati lalu memutuskan untuk mengundurkan diri. Alasannya karena mobilitas yang semakin padat sedangkan sebagai ibu, ia juga membutuhkan banyak waktu dengan keluarga dan ketiga anaknya. 

Namun sejak resign, ia tak ingin berhenti bergerak. Nurhayati kemudian memulai membangun bisnis home industry di bidang hair care. Lambat laun, bisnisnya mulai berkembang dan berkembang hingga menjadi PT Paragon Technology and Innovation yang kita kenal saat ini. Bahkan namanya masuk dalam 50 besar perempuan berpengaruh di Asia versi majalah Forbes. 

Membangun bisnis dari home industry hingga seperti sekarang tentu tidak mudah. Tantangan silih berganti terus datang. Namun hal itu tidak membuat Nurhayati runtuh, tapi malah lebih kokoh. 

Berikut 7 pelajaran bisnis yang bisa diambil dari sosok Nurhayati Subakat, pionir perusahaan kosmestik halal pertama dan terbesar di Indonesia saat ini. 

1. Berani memulai 

Nurhayati Subakat. (Youtube.com/Paragon Technology and Innovation)

Sebelumnya, Nurhayati bekerja di perusahaan kosmetik multinasional. Namun ia mundur dari jabatannya karena mobilitas yang terbatas. Apalagi saat itu ia memiliki tiga anak.

Berbekal ilmu saat kuliah di Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), ia lalu memulai bisnisnya pada tahun 1985 secara home industry dibantu dua karyawan. Ia meluncurkan produk bernama "Putri".

Langkah pertama dalam membangun bisnis adalah berani memulai. Karena pertimbangan bisnis yang matang namun tanpa aksi juga tak akan membuahkan hasil apapun.

Baca Juga: 10 Fakta The Dare, Band Indie Perempuan yang Bawa Anak Saat Manggung

2. Mengetahui target pasar dan menyusun inovasi produk

Brand haircare Putri. (ig/putri.hairchoice)

Produk pertama yang dikeluarkan Nurhayati adalah produk perawatan rambut yang dikhususkan untuk hair professional di salon kecantikan. Ia menjadikan salon kecantikan sebagai target pasarnya.

Sedangkan dalam mengembangkan produk, Nurhayati berinovasi agar harga produknya terjangkau namun dengan kualitas yang bersaing. Hal itu rupanya sukses. Hanya dalam waktu satu tahun, produk perawatan rambutnya sudah dipakai hampir seluruh salon kecantikan di Tangerang.

3. Memanfaatkan jaringan dan relasi 

dok. Koleksi Wardah

Memanfaatkan jaringan dan relasi adalah poin penting dalam berbisnis. Seba, bisnis mau tidak mau selalu melibatkan banyak pihak. Tentunya bukan sembarang orang, namun mereka yang "dekat" produk yang kita ciptakan. 

Berkembangnya produk perawatan rambut Nurhayati sampai menjangkau banyak salon di Tangerang tak lepas dari bantuan tetangganya. Tetangganya itu kebetulan pernah bekerja di salon. Dari sana, ia juga bisa belajar mempelajari market yang akan disasar.

4. Lead by example 

Nurhayati Subakat (kanan) bersama anak. (instagram.com/sari.chairunnisa)

Bisnis yang dirintis Nurhayati semakin berkembang hingga yang mulanya memperkerjakan dua orang, bertahap menjadi 25 orang, lalu lebih dari 12.000 orang saat ini.

Saat karyawan mulai bertambah, ia mulai menghadapi sulitnya mencari karyawan yang tepat. Karena sebelumnya, ia lebih banyak bekerja sendiri dan kondisi perusahaan mengharuskan peran lebih banyak diberikan kepada karyawan.

Untuk itu, Nurhayati belajar bagaimana dapat mengembangkan potensi karyawannya selama bekerja. Menurutnya, model kepemimpinan lead by example adalah cara paling efisien untuk menggerakkan sebuah perusahaan.

5. Saat bisnis terpuruk, buang jauh-jauh ego pribadi 

Nurhayati Subakat. (Youtube.com/Paragon Technology and Innovation)

Saat bisnisnya semakin besar dan berkembang, Nurhayati harus mengalami ujian berat. Pada tahun 1990, pabriknya terbakar. Hal itu membuat kondisi keuangan perusahaan kocar-kacir. Apalagi perusahaannya masih memiliki utang usaha.

Ia sempat terbesit untuk berhenti. Toh pendapatan suaminya sudah cukup menghidupi keluarga. Namun, Nurhayati kembali berjuang agar perusahaan bangkit kembali saat ia menyadari, banyak karyawan yang hidupnya bergantung pada perusahaan kosmetik yang ia bangun. 

Menurutnya, bisnis tak melulu soal untung rugi apalagi ego, tapi juga rasa peduli terhadap para karyawan dan anggota sesama tim.

Baca Juga: Endah, Sarjana Teknik Kimia yang Pilih Jadi Pengajar Anak Pinggiran

6. Cari celah pasar dengan sensitif terhadap kebutuhan masyarakat 

Nurhayati Subakat. (theceomagazine.com)

Saat bisnisnya mulai bangkit kembali, Nurhayati menyadari bahwa ia kesulitan mencari produk kosmetik halal di pasaran. Hal itulah yang mendorong Nurhayati untuk merilis kosmetik halal pertama di Indonesia yaitu Wardah.

Tanpa tingkat sensitifitas terhadap kebutuhan masyarakat, maka ide mengenai kosmestik halal pada tahun 1995 itu tak akan ada dan sukses seperti sekarang.

Baca Juga: Risa Santoso, Perempuan Surabaya yang Jadi Rektor Belia

Verified Writer

Agustina Suminar

menulis dengan senang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya