Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Guide Liar Dinilai Salah Kaprah Memandu Wisatawan Antaboga Banyuwangi

Wisata religi Antaboga Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)
Wisata religi Antaboga Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Banyuwangi, IDN Times - Banyaknya guide liar di wisata religi Antaboga Banyuwangi, dikeluhkan oleh pengelola wisata setempat. Akibatnya, pihak pengelola kehilangan sumber pendapatan akibat akitivitas para guide liar. Lebih parahnya, para guide liar tersebut dinilai salah pemberikan pendampingan saat melakukan penjelasan.

Sebagaimana diketahui, Antaboga adalah wisata cerminan pluralisme di Indonesia. Banyak orang yang menyebut wisata ini merupakan wujud keberagaman NKRI dalam skala mini. Di sini, dilengkapi dengan 6 simbol kepercayaan umat beragama di Indonesia. Seperti Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik dan Kejawen.

1. Guide liar membiarkan wisatawan menabrak aturan

Wisata religi Antaboga Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)
Wisata religi Antaboga Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Pemangku setempat, Gimin (59) mengungkapkan kekesalannya. Dia mengaku, banyak guide liar yang tanpa koordinasi menyerobot kunjungan setiap wisatawan di Antaboga. Mirisnya, para guide liar yang dimaksud Gimin telah membiarkan wisatawan saat melanggar aturan tentang tempat peribadatan.

“Seperti di Mata Air Dewi Uma yang biasa dipakai melukat. Di situ sudah ditentukan mana lokasi perempuan, mana laki-laki. Kadang sama mereka dicampur saja, itu tidak boleh,” katanya.

Selain itu, ada aturan jika wisatawan ingin turun di sendang atau kolam yang ada, dilarang memakai alas kaki. Karena lokasi tersebut disucikan oleh salah satu umat. Namun, sejumlah guide juga tidak menghiraukan aturan tersebut.

"Tidak boleh, karena itu tempat beribadah orang-orang. Itu disucikan. Lah ini dibiarkan saja sama (guide liar) mereka," tegas Gimin.

2. Pengelola tak pernah pelit informasi

Beji Antaboga Banyuwangi (Foto: IDN Times/Agung Sedana)
Beji Antaboga Banyuwangi (Foto: IDN Times/Agung Sedana)

Dari sekian banyak guide liar, Gimin mengatakan ada beberapa yang Ia kenali. Karena sebelumnya beberapa guide liar tersebut datang untuk bertemu Gimin. Awalnya para guide liar itu datang sebagai wisatawan dan mengorek seluruh informasi yang ada. Selanjutnya, para guide itu datang dengan membawa tamu mereka dan mengabaikan Gimin selaku pemangku adat dan juga pengelola wisata setempat.

"Ya datang dan tanya-tanya. Kita terbuka soal informasi dan sejarah bagaimana Antaboga itu sendiri. Kita sampaikan semua, tapi besoknya datang kemari dengan tamu sendiri dan tidak ada komunikasi," jelasnya.

3. Pengelola hanya andalkan sedekah wisatawan

Beji Antaboga Banyuwangi (Foto: IDN Times/Agung Sedana)
Beji Antaboga Banyuwangi (Foto: IDN Times/Agung Sedana)

Dengan kondisi ini, Gimin mengaku sangat terganggu. Ini karena pihaknya selama ini tidak mematok tiket masuk untuk berwisata ke Antaboga. Pihaknya hanya mengandalkan sumbangan dari para wisatawan sebagai penopang biaya perawatan. Dengan adanya guide liar ini, Gimin mengaku pendapatan pengelola telah diserobot.

"Apa ya, kita juga butuh dirhormati. Tapi juga penting namanya komunikasi. Tidak seperti itu. Karena mengelola wisata juga butuh biaya perawatan termasuk membeli keperluan," jelasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agung Sedana
EditorAgung Sedana
Follow Us