Wagub Emil Dardak Rayakan Lebaran Ketupat di Trenggalek

Trenggalek, IDN Times - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak merayakan lebaran ketupat di Trenggalek. Ditemani sang istri Arumi Bachsin, Emil berslutaruhami dengan tokoh agama di Pondok Pesantren Babul Ulum, Durenan, Trenggalek. Pondok pesantren ini menjadi cikal bakal tradisi lebaran ketupat atau kupatan, dan telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
1. Imbas efesiensi, tak ada pawai ketupat

Emil mengatakan di Ponpes ini biasanya digelar tradisi pawai arak-arakan ketupat. Namun karena efesiensi kegiatan tersebut ditiadakan tahun ini. Menurutnya meski tidak ada pawai, namun hal tersebut tidak mengurangi esensi dari lebaran ketupat yakni silaturahmi.
"Tahun ini ada perbedaan, karena tidak ada pawai ketupat. Tapi esensi tradisi kupatan memang lebih kepada silaturahmi," ujarnya, Senin (7/4/2025).
2. Sebut ketupat di Trenggalek miliki ciri khas

Meski di beberapa daerah juga menggelar tradisi kupatan, bagi Emil Dardak tradisi kupatan di Trenggalek memiliki kesan berbeda karena nilai historisnya. Selain sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, menu yang dihidangkan juga sangat khas. Yakni ketupat disiram sayur nangka atau tewel.
"Tradisi kupatan sudah di Trenggalek sudah ada sejak Mbah Mesir (tokoh penyiar agama Islam), dan tradisi ini masih terjaga hingga saat ini, di Trenggalek ada ciri khasnya, karena ketupat akan diberi sayur nangka," tuturnya.
3. Berawal dari tradisi puasa syawal keluarga Ponpes

Salah satu keluarga Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan Trenggalek, Muhammad Al Haidar menceritakan, tradisi kupatan sudah ada sejak ratusan tahun silam. Tradisi ini bermula karena kebiasaan keluarga pondok yang melakukan puasa sunnah syawal usai merayakan lebaran.
"Karena keluarga pondok diajarkan untuk puasa sunnah syawal, warga tidak berani sowan ke mbah kyai, mereka baru sowan 7 hari setelah lebaran dan disuguhi ketupat sehingga dinamakan lebaran ketupat atau kupatan" pungkasnya.