Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pelecehan (IDN Times/Aditya Pratama)

Surabaya, IDN Times - Polda Jawa Timur tengah mendalami dugaan kekerasan seksual yang dilakukan salah pemilik sekaligus pengasuh panti asuhan di Surabaya. Korban diduga berjumlah lebih dari satu orang.

Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Dirmanto mengatakan, pihaknya telah menerima laporan dugaan tindak pidana kekerasan seksual dengan teruga pemilik panti asuhab pada Kamis (30/1/2025) pukul 17.30 WIB di dampingi oleh Unit Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UKBH FH Unair). Kini, laporan tersebut sedang ditindaklanjuti.

"Terkait laporan itu kemarin dilaporkan sekitar setengah enam ya 17.30 didampingi oleh Fakultas Hukum Unair saat ini sedang ditindaklanjuti oleh Direktorat kriminal umum (Direskrimum) Polda Jawa Timur," ujarnya, Jumat (31/1/2025).

Berdasarkan informasi sementara yang dia terima, korban berjumlah lebih dari satu orang. Namun, hal ini masih dilakukan pendalaman.

"Informasi yang kami terima sementara ini ya korbannya ini lebih dari satu, jadi sekali lagi kasus ini sedang didalami," ungkap dia.

Dirmanto menyebut, pihaknya akan memberikan informasi lebih lanjut mengenai perkembangan kasus tersebut. Nantinya, hasil penyelidikan polisi akan segera disampaikan.

"Nanti kalau memang sudah ada kepastian siapa, berapa orang yang ditangkap, seperti apa konstruksi peristiwanya nanti akan kita sampaikan terlapor usia berapa," pungkas dia. 

Seperti diberitakan sebelumnya, pemilik sekaligus pengasuh panti asuhan di Surabaya berinisial NK (61) diduga melakukan kekerasan seksual kepada anak asuhnya. Diduga, korban berjumlah lebih dari satu orang. 

Direktur Unit Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UKBH FH Unair), Sapta Aprilianto mengatakan, korban merupakan perempuan yang masih berusia 15 tahun. Kekerasan dilakukan selama kurang lebih tiga tahun. 

"Terduga pelaku, dia pemilik, diduga pemilik panti asuhan dan pengelolah panti asuhan. Mereka (anak asuh) memanggilnya 'Bapak'," ujarnya di Gedung Pringgodigdo Unair, Jumat (31/1/2025). 

Sapta menyebut, dugaan tindak pidana itu terungkap setelah ada beberapa anak kabur dari panti asuhan. Kemudian, ada anak yang melapor kepada seorang berinisial S bahwa di dalam panti tersebut telah terjadi kekerasan seksual.

"Ini kan ada beberapa anak yang kabur, kemudian datang kepada pelapor, memberikan informasi bahwa di dalam informasi terjadi kekerasan terhadap para anak-anak yang di dalam panti asuhan," ungkap dia. 

Sementara, korban yang melapor baru satu orang. Namun, hal ini masih didalami, bisa jadi korban akan bertambah.

"Karena ini yang melapor baru satu, tapi dari satu ini masih pengembangan, bisa jadi berkembang dari satu itu," jelas dia. 

Ia menuturkan, diduga motif kekerasan seksual karena adanya relasi kuasa. Korban adalah anak asuh dan pelaku merupakan pengasuh.

"Tidak ada (iming-iming) karena ini relasi kuasa, mereka gak ada pilihan lain, ya seperti ini, salah satu modus kejahatan ini, karena yang satu berkuasa, yang satu di bawah kekuasaan. Ya terjadi lah (kekerasan seksual)," jelasnya. 

Pihaknya pun telah melaporkan dugaan tindak pidana ini ke Polda Jawa Timur dengan nomor laporan LP/B/165/I/2025/SPKT/Polda Jawa Timur tertanggal 30 Januari 2025. Selain itu, pihaknya juga bekerjasama dengan instansi terkait untuk memberi pendampingan kepada korban. 

"Karena sekarang sedang proses laporan jadi memang tentu dari kami sebagai penerima kuasa, kami akan melakukan monitoring dan juga mendampingi terus, dan kerjasama dengan penyidik untuk membuat terang dugaan tindak pidana ini," kata dia. 

Sementara itu, kondisi korban saat ini secara fisik dalam keadaan baik. Namun, untuk mengetahui kondisi korban lebih dalam, korban kini sedang dilakukan asesmen. 

"Korban secara fisik baik-bail saja, cuma sedang dilakukan asesmen, pendampingan psikis, tadi pagi juga sudah dilakukan asesmen korban untuk mengetahui trauma yang terjadi akibat perbuatan terduga pelaku," pungkas dia.

Editorial Team