BPBD Jatim Catat 200 Rumah Rusak Akibat Erupsi Semeru

- BPBD Jatim mencatat 200 rumah rusak akibat erupsi Semeru di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro.
- Kerusakan disebabkan oleh banjir lahar dingin yang merusak bangunan dan fasilitas umum seperti tanggul dan tiang listrik.
- Bupati Lumajang, Indah Amperawati Masdar, menyatakan perlunya assessment untuk infrastruktur yang terdampak serta bantuan dari pihak terkait.
Lumajang, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyampaikan jika sebanyak 200 rumah warga rusak akibat erupsi Gunung Semeru. Rumah-rumah yang rusak ini tersebar di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro.
"Untuk rumah yang rusak parah ada 21 rumah. Kebanyakan yang rusak parah ada di Dusun Sumbersari (Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo)," terang Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Subroto saat dikonfirmasi pada Kamis (20/11/2025).
Gatot mengatakan jika kerusakan ini diakibatkan banjir lahar dingin yang masuk ke dalam rumah. Material berupa pasir merusak bangunan dan menimbun rumah warga.
Sementara itu, Bupati Lumajang, Indah Amperawati Masdar menyampaikan jika tidak hanya bangunan rumah yang rusak. Sejumlah fasilitas umum seperti tanggul hingga tiang listrik juga mengalami kerusakan. "Ini tinggal assesment untuk infrastruktur yang terdampak antara lain rumah, kemudian tadi dikeluhkan masyarakat bahwa ada tanggul yang sudah tidak mampu menampung. Tadi para penambang berkomitmen untuk membantu dan ibu gubernur mau membantu solar," pungkasnya.
Meski banyak bangunan rusak, dan bukan untuk yang pertama kalinya, warga korban erupsi tetap enggan untuk meninggalkan rumah mereka secara permanen. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sendiri sebenarnya sudah menyiapkan hunian tetap untuk warga di sekitar lereng Semeru. Namun mereka menolak.
"Karena ladang saya untuk bekerja ada di dekat rumah lama, kalau berangkat dari huntap jaraknya sampai 5 kilometer. Jadi kadang-kadang saja tidur di huntap," terang salah satu warga, Abdul Manaf, pada Kamis (20/11/2025). Sebaliknya, mereka meminta pemerintah untuk membuat sodetan agar aliran awan panas dan lahar dingin tidak menuju ke pemukiman.

















