Politikus Ramai-ramai Pasang Baliho, Pengamat Unair: Gak Simpati!

Paksakan agenda politik saat rakyatnya sengsara

Surabaya, IDN Times - Perlombaan memasang baliho para petinggi partai dianggap menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Hal ini diungkapkan oleh pengamat komunikasi politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Irfan Wahyudi, Ph.D. Menurutnya, alih-alih menambah elektabilitas, kelakuan elit partai itu malah membuat masyarakat kecewa.

1. Pemasangan baliho harus melihat situasi dan kondisi masyarakat

Politikus Ramai-ramai Pasang Baliho, Pengamat Unair: Gak Simpati!Baliho Airlangga Hartarto di Jalan Gunung Bawakaraeng Makassar, Senin (9/8/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Irfan menuturkan, sebenarnya tak salah jika para politikus ingin memasang baliho berisi nama dan gambarnya. Namun, Irfan menekankan bahwa mereka harus melihat situasi dan kondisi sosial yang tengah terjadi di masyarakat.

"Sebenarnya sah-sah saja ya pasang billboard, namun yang perlu diperhatikan adalah pesan di dalamnya. Kalau pesannya justru menyiratkan tentang kepentingan politik, tentu itu mencederai semangat rakyat yang tengah berjuang melawan COVID-19. Jadi, yang salah itu bukan billboard-nya sebagai media, tapi pesan yang disampaikan,” ujarnya, Jumat (13/8/2021).

Baca Juga: Pelaku Vandalisme Baliho Puan Maharani Ditangkap di Surabaya

2. Pasang baliho di tengah PPKM mengisyaratkan kurang simpati kepada masyarakat

Politikus Ramai-ramai Pasang Baliho, Pengamat Unair: Gak Simpati!Baliho Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Kota Bandar Lampung (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

 

Irfan mengingatkan bahwa saat ini masyarakat sedang tidak baik-baik saja di tengah melonjaknya kembali kasus COVID-19. Pelaksanaan PPKM di berbagai daerah juga membuat masyarakat sengsara. Dalam kondisi seperti ini, para politikus masih sempat-sempatnya menyebar baliho promosi diri di berbagai daerah.

“Pemasangannya seolah menyampaikan bahwa apapun yang terjadi saya tetap akan promosi diri agar dikenal masyarakat untuk persiapan laga 2024,” tuturnya.

3. Baliho bisa jadi bumerang bagi pemasangnya

Politikus Ramai-ramai Pasang Baliho, Pengamat Unair: Gak Simpati!Kumpulan baliho para petinggi Parpol di Kota Bandar Lampung (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

 

Tindakan para petinggi parpol ini, lanjut Irfan, dinilai mencerminkan sikap yang kurang bersimpati terhadap masyarakat. Akibatnya, alih-alih meraih hati warga, baliho itu malah menjadi bumerang bagi pemasangnya. Bisa-bisa, masyarakat menjadi sakit hati dan enggan memilih orang yang bersangkutan.

“Konsep periklanan yang dilakukan itu tidak masuk semua dan hanya buang-buang uang.
Bahkan, pesan promosi diri tidak tersampaikan kepada masyarakat dan justru menjadi bumerang yang berbalik menyerang ke mereka sendiri,” ungkapnya.

4. Sebaiknya berisi pesan protokol kesehatan atau semangat perjuangan

Politikus Ramai-ramai Pasang Baliho, Pengamat Unair: Gak Simpati!Baliho Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto di Ciputat, Tangerang Selatan. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Ia menyarankan, seharusnya para politikus bisa memasang baliho yang berisi pesan sesuai momentum yang ada. Salah satunya yaitu promosi protokol kesehatan untuk selalu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Momentum kedua yang bisa dimanfaatkan adalah HUT ke-76 Republik Indonesia.

"Yang perlu diperhatikan adalah jangan dulu mementingkan diri sendiri atau partai dalam
kondisi sekarang ini. Kearifan atau kebijaksanaan perlu diutamakan sebelum bertindak karena pemasangan billboard itu memakai ruang publik secara visual," pungkasnya.

Baca Juga: Coretan Open BO Baliho Puan, PDIP Jatim Perintahkan Kader Lapor Polisi

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya