Cerita Tsunami Banten, Ifan Seventeen Sempat Merasa Sakaratul Maut
2 jam lebih terkatung-katung di laut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ponorogo, IDN Times – Riefian Fajarsyah Ifan, vokalis band Seventeen menceritakan tentang bencana tsunami di Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam. Grup musik yang terdiri empat personel, yakni Herman (gitar), Andi (drum), Bani (bass), dan Ifan sedang mengisi acara Gathering PT PLN (Persero) di Tanjung Lesung Beach Resort, Pandeglang, Banten.
“Ketinggian air lima meter. Tembok setelah setengah meter jebol. Cukup membuat tubuh manusia terpontang-panting,’’ ujar Ifan usai prosesi pemakaman istrinya, Dylan Sahara Puteri di Pemakaman Umum Tamanarum, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo, Selasa (25/12).
Dylan mengikuti suaminya bersama band Seventeen yang sedang mengisi acara PT PLN itu. Perempuan 26 tahun itu, gitaris, drummer, dan basis grup musik yang mempopulerkan lagu berjudul "Jaga Selalu Hatimu" merupakan sebagian dari ratusan korban meninggal akibat terjangan tsunami.
Baca Juga: Ayah Gitaris Seventeen: Saya Sangat Terpukul Kehilangan Herman
1. Ifan sempat sakaratul maut
Beruntung, Ifan sang vokalis selamat dari bencana itu meski harus berjibaku di lautan. Hal ini dianggapnya sebagai uluran tangan Tuhan, meski harus kehilangan istri dan tiga personel band yang membesarkan namanya untuk selama-lamanya.
“Mukjizat dari Allah, saya masih hidup di sini. Saya sempat terkatung-katung di tengah laut selama lebih dari dua jam dan sempat merasakan sakaratul maut,’’ ungkap Ifan.
Baca Juga: Istri Ifan Seventeen di Mata Keluarga, Dikenal Mandiri Sejak Remaja