Wacana PPKM Mikro, Pakar Epidemiologi: Kita Seperti Punya Peta Buta
Kebanyakan istilah, padahal yang paling penting testing rate
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Pakar Epidemiologi Univeristas Airlangga (Unair), dr. Windhu Purnomo angkat bicara soal wacana adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Menurutnya, PPKM Mikro tak jauh beda dengan Kampung Tangguh, hanya beda istilah. PPKM Mikro juga bisa diartikan sebagai karantina wilayah skala kecil.
1. Karantina wilayah secara mikro akan susah diterapkan
Nah, apabila yang dimaksud karantina wilayah skala mikro, Windhu mengatakan, berarti ada wilayah RT/RW/Desa-Kelurahan yang dikarantina dan tidak dikarantina. Dia menaksir, penerapannya akan rancu dan sulit dilakukan.
"Apa indikator penetapan wilayah-wilayah mikro yang akan dikarantina dan yang tidak? Bukan kah dalam kondisi testing rate dan contact tracing yang sangat kecil. Tidak robust di Indonesia, tiga persen populasi saja belum sampai. Kita seperti punya peta buta, sehingga tidak bisa menetapkan wilayah mikro yang berisiko tinggi dan rendah," ujarnya, Minggu (7/2/2021).
"Apakah wilayah mikro yang dianggap berisiko rendah karena tidak ada kasus atau kasusnya sedikit, memang benar-benar tidak ada kasus atau kasus sedikit? Itu bisa sangat menyesatkan, karena bisa saja itu semua tidak mampu mendeteksinya akibat testing yang sangat lemah," dia melanjutkan.
Baca Juga: Pakar Mikrobiologi Unair Peringatkan Potensi Pandemik dari Virus Nipah
Baca Juga: Pilkada Jalan Terus? Ahli Epidemiologi Unair Soroti Potensi Bahayanya