TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pentingkah Gelar Doktor Bagi Kepala Daerah? Begini Pandangan Emil

Bisa diterapkan teori yang didapat

IDN Times/Triadanti

Surabaya, IDN Times - Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur (Jatim), Emil Elistianto Dardak, memiliki sejumlah karir dan pendidikan yang cemerlang. Gelar doktor di Ristumeikan Asia Pacific University, Jepang rupanya membawa suami Arumi Bachsin ini untuk menjadi kepala daerah Trenggalek. 

Dua tahun menjadi Bupati Trenggalek, Emil kemudian memilih untuk mendampingi Khofifah Indarparawansa sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur. 

Baca Juga: Dari Siswa Teladan hingga Takut Sama Istri, Sisi Lain Emil Dardak

1. Bisa lakukan penelitian mandiri

IDN Times/Triadanti

Emil menyebut gelar doktor yang dimilikinya menjadi penting ketika menjabat sebagai kepala daerah, meskipun gelar itu bukan menjadi syarat mutlak. Menurutnya, dengan gelar doktor dia bisa mengajar dan melakukan penelitian secara mandiri.

"Kalau dibilang tidak bermanfaat, salah," ujarnya kepada IDN Times dalam wawancara eksklusif, pada Senin (18/2).

2. Berhasil hasilkan teori urbanisasi

IDN Times/Triadanti

Gelar doktor yang dimilikinya, membuat Emil bisa melatih dirinya untuk berpikir kritis. Hal ini karena, untuk mendapat gelar doktor dia dituntut untuk membuat sebuah teori baru. Saat itu, dia berhasil menghasilkan teori tentang bagaimana perilaku masyarakat desa agar tidak urbanisasi ke kota besar.

"Waktu itu saya buat satu metode structural equation modeling. Cara mengukur hal abstrak, tapi bisa dihitung dengan kuantitatif," kata Emil.

3. Analisis faktor urbanisasi

IDN Times/Triadanti

Ketika membuat satu metode structural equation modeling, Emil bisa menganalisa faktor penyebab seseorang memilih tinggal di kota besar. Menurutnya, mayoritas orang yang pindah ke kota besar adalah ingin memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia di kota. 

Atas dasar itulah, Emil pun kemudian mendorong pentingnya untuk membangun fasilitas di pedesaan saat menjadi Bupati Trenggalek. "Kami tidak bisa berikan dikotomi (membedakan) orang desa, orang kota. Orang desa tetap butuh fasilitas perkotaan. Cuma kalau tiap desa dibikin gitu gak mungkin," ungkap Emil.

Oleh karena itu, Emil kemudian membuat satu tempat yang bisa memberikan pelayanan untuk beberapa desa sekaligus. Meski yang dibuat fasilitasnya tidak lengkap, tapi minimal kebutuhan dasar yang diinginkan masyarakat tersedia.

"Itulah yang jadi research dulu di Jepang. Selain bantu kerangka berpikir, ilmu itu nyambung diterapkan di Trenggalek," bebernya.

Baca Juga: [Eksklusif] Imutnya Sepasang Anak Arumi Bachsin dan Emil Dardak

Berita Terkini Lainnya