TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dear Pejabat, Ini 8 Teladan Umar bin Khattab Patut Ditiru

Tidak anti kritik dan sayang pada rakyatnya!

Korangratis.net

Surabaya, IDN Times - Keteladanan seorang pemimpin, akhir-akhir ini memudar. Karena begitu banyaknya pejabat korupsi, jual beli jabatan, hingga gemar tebar pesona, menghiasi negeri ini. Mencari pemimpin yang bisa diandalkan rakyatnya tampaknya bak oase di tengah padang pasir.

Membincangkan keteladanan pemimpin, masih relevan bila menengok kembali prototipe pejabat publik ideal di era sahabat Rasulullah Muhammad SAW, yakni Umar bin Khattab ra. Berikut ini, kajian tentang model kepemimpinan Umar bin Khattab, dilansir dari NU Online atau nu.or.id.

Baca Juga: Sore-Sore Berkah: Cara Menghadapi Wabah di Zaman Umar bin Khattab

1. Pemimpin bertanggungjawab

kisah.lihin.net/Firstian Azrul Akbar

Umar bin Khattab berkuasa (634-644 M/13-23 H) setelah sahabat Abu Bakar ra (632-634 M/11-13 H), ia merupakan pemimpin negara yang memiliki tanggung jawab publik yang begitu tinggi.

"Seandainya seekor unta/anak kambing mati sia-sia akibat kebijakanku maka saya takut kelak Allah akan meminta pertanggungjawabanku tentang kematiannya." (Ibnu Asakir, Tarikhu Madinati Dimasyq, [Beirut, Darul Fikr: 1995], juz XLV, halaman 356) dan (Yusuf Al-Mubarrad, Mahdlus Shawab fi Fadla`ili Amiril Mukminin Umar bin Al-Khattab, halaman 621).

2. Memperhatikan pangan untuk rakyatnya

https://www.panggilandarisurau.co

Umar ra sangat perhatian terhadap kebutuhan pangan warganya. Ia bahkan memikul sendiri karung berisi tepung untuk janda dan anak-anak yatim. Ketika seorang warga menawarkan bantuan, Umar ra menolak.

"Siapa yang siap memikul beban dosaku kelak di hari kiamat?" (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 19).

Menurut Rasulullah SAW, "Sebaik-baik orang adalah Umar, ia mencari janda dan anak yatim dan membawakan mereka makanan. Sementara mereka dalam keadaan tidur." (Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 32-33).

3. Blusukan demi mencukupi kebutuhan rakyatnya

Google

Sayyidina Umar ra dikenal sebagai kepala negara yang sangat peduli kepada warganya. Bila malam tiba, ia blusukan di tengah masyarakat dan mengumumkan:

"Siapa saja yang berkepentingan, jangan segan datangi kami." (As-Sya’rani: I/18).

4. Memilih pejabat anti korupsi

Pinterest/ilustrasi

Dalam mengangkat menteri atau gubernur, Umar ra juga menerapkan kedisiplinan dan menuntut dedikasi yang tinggi. Umar ra akan mensyaratkan mereka untuk tidak menggunakan kendaraan, makanan, dan pakaian mewah. Mereka juga harus selalu on call. Layanan tidak boleh tutup pintu. Kalau melanggar, mereka kena sanksi dari Umar ra. (As-Suyuthi, Tarikhul Khulafa, [Kairo, Darul Ghaddil Jadid: 2007 M/1328 H], halaman 136).

5. Pemimpin sedikit tidur

Google

Umar ra sendiri termasuk pejabat publik yang kurang tidur. Ia mendedikasikan waktu siangnya untuk layanan publik. Sedangkan malamnya digunakan untuk beribadah.

"Tidak ada waktu untuk tidur bagiku. Andai tidur siang, aku menelantarkan masyarakat. Andai tidur malam (tanpa ibadah sunnah), aku menyia-nyiakan diriku sendiri." (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], 2018 M: I/440).

Salah satu doa Umar ra sebagai pejabat publik adalah:

"Allahumma lā taj’al halāka ummati Muhammadin shallallāhu ‘alayhi wa sallama ‘alā yadī," atau "Ya Allah, jangan jadikan kesengsaraan umat Muhammad SAW pada tangan (kebijakan) ku," (As-Sya’rani: I/18).

6. Berpihak pada keadilan

Khalifah Umar bin Khattab (history101.com)

Umar ra juga pejabat publik yang berpihak pada keadilan. Ia pernah memenangkan seorang Yahudi yang berhadapan dengan gubernurnya sendiri di Mesir, Amr bin Ash dalam kasus sengketa lahan. Putusan itu didasarkan pada pertimbangan keadilan, bukan sebaliknya memenangkan gubernur atas nama kepentingan negara.

7. Makan dengan satu jenis lauk dan pakaian penuh tambalan

http://viralmediaislami.blogspot.com

Umar ra terkenal makan dengan satu jenis lauk dan pakaian penuh tambalan. Suatu hari ia mendapati putranya, Ashim, sedang memakan daging. Ia bertanya, "Apa maksudnya ini?" "Kami sedang menginginkannya Ayah," jawab Ashim. "Apakah setiap yang kauinginkan mesti kau makan? Seseorang cukup dianggap sebagai berlebihan ketika memakan apa yang diinginkan," kata Umar ra. (As-Suyuthi, 2007 M/1328 H: 137).

Baca Juga: Kisah Umar bin Khattab, Sahabat Rasulullah Berjuluk Singa Padang Pasir

Berita Terkini Lainnya