TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Laila, Anak Penarik Becak Bergelar Doktor dari ITS

#MillennialsInspiratif Dia lulus S3 dengan IPK 4.0

Instagram/@lailatulqomariyah16

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

Surabaya, IDN Times - Lailatul Qomariyah (27) terburu-buru mengangkat telepon dari IDN Times. Suaranya terengah-engah. Di sekelilingnya juga terdengar lantunan lagu dangdut. Ia dalam perjalanan menggunakan bus menuju kampung halamannya, Pamekasan setelah diwisuda dengan gelar doktor dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan IPK sempurna, 4,0.

Sudah lulus S3 tepat waktu dengan predikat sempurna tak membuatnya seolah-olah meraih segalanya. Penampilannya tetap sederhana dan suaranya lemah lembut. Ia tetaplah Laila putri sang penarik becak dari Pamekasan.

 

1. Berasal dari keluarga tak mampu di Pamekasan

Dok.IDN Times/Istimewa

Gadis kelahiran Pamekasan 16 Agustus 1992 ini bercerita, program pemerintah wajib sekolah 9 tahun secara gratis membantunya untuk menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), setingkat lebih tinggi dari kedua orangtuanya yang tamatan Sekolah Dasar (SD). Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berbayar pun bisa diatasi dengan bekal beasiswa.


"Dulu yang ranking 1 itu kan dapat beasiswa. Jadi bayar SPP-nya cuma separuh. Alhamdulillah," tuturnya.


Tak ingin menyianyiakan kesempatan yang ada, Laila pun tetap belajar dengan tekun. Akhirnya, ia pun dapat lulus dari SMA tersebut dan diterima di kampus dambaan sejuta umat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

2. Biayai kehidupan sendiri sejak S1

Dok.IDN Times/Istimewa

 

Kuliah menjadi satu hal yang mewah bagi Laila. Terang saja, ayahnya Saningrat (43) yang bekerja sebagai penarik becak dan ibunya Rusmiati (40) yang membantu produksi tempe tak bisa mencukupi biaya kuliah. Beruntung, Laila mendapatkan beasiswa dari pemerintah bagi warga berprestasi dan tak mampu yaitu Bidik Misi.

"Dari Bidik Misi itu kan selain dibuat bayar UKT juga ada uang sakunya. Alhamdulillah bisa bantu biaya meski gak cukup," tuturnya.

Untuk menutup biaya hidupnya, Laila ditemani sepeda kesayangannya membuka jasa les privat. Segala macam mata pelajaran ia terima agar bisa mendapat pemasukan yang cukup untuk hidup di Surabaya.

Baca Juga: Kisah Noviana, Anak Tukang Becak yang Jadi Wisudawan Terbaik

3. Lulus S3 dengan sempurna sambil bekerja

Pexels.com/Pixabay

 

Waktunya yang harus terbagi antara belajar dan bekerja nyatanya tak membuat kuliahnya terbengkalai. Laila lulus dalam waktu 4 tahun. Tak hanya itu, ia mendapatkan program beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Mimpinya untuk meraih pendidikan lebih tinggi pun terwujud.

"S2 dan S3 juga dapat uang saku dari beasiswa tapi juga masih kurang memenuhi. Jadi saya tetap ngelesi," imbuhnya.

Dengan ketekunannya ketika membimbing anak didiknya, usaha les privat Laila pun terus berkembang. Jika saat S1 penghasilannya sebesar Rp500 ribu per bulan, kini telah naik sampai Rp1 juta per bulan. Bahkan ia juga bisa membeli motor sendiri untuk transportasinya sehari-hari.

"Ya meskipun motor bekas. Dari hasil nabung. Soalnya sering pulang malam. Kan bahaya kalau gak pakai motor," lanjutnya.

4. Tetap bersosialisasi dengan teman

Dok.IDN Times/Istimewa

Laila tak mau jika disebut hidupnya membosankan. Ia tetaplah wanita dewasa muda pada umumnya. Selain belajar dan bekerja, ia juga kerap menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman sebayanya.

"Paling suka itu piknik sama teman-teman. Biasanya ke Taman Bungkul, Taman Bibit, pokoknya taman-taman gitu," terangnya.

Ia juga tak pernah mengungkapkan ke temannya jika ayahnya adalah penarik becak. Bukan karena malu atau sengaja menutupi, ia hanya tak ingin dikasihani.


"Biarlah saya dilihat sama seperti yang lain. Belajar dan berjuang dengan upaya saya dengan sama. Saya gak mau dikasihani," ungkapnya.

Baca Juga: Gagah Soeryo, Mahasiswa UB yang Jadi Legislator Termuda Kota Malang

Berita Terkini Lainnya