TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hatinya Bergetar Dengar Lantunan Doa Sang Anak, Wawan Peluk Islam

Ia membagikan secuil kisah perjalanan mualaf pada IDN Times

Fransiskus Hermawan Priyono atau Wawan (tengah) saat bersama istri dan kedua anaknya. Sumber: Wawan for IDN Times.

Surabaya, IDN Times - Fransiskus Hermawan Priyono atau yang akrab disapa Wawan mengingat betul momen 10 tahun lalu. Mengambil satu keputusan besar. Yakni pindah agama dari Katolik ke Islam alias menjadi mualaf. Setelah sembilan tahun lamanya mengarungi hidup berbeda keyakinan tapi tetap harmonis dengan istri tercintanya dalam satu atap rumah.

Baca Juga: Beri Bimbingan Islam Meski Belum Ikrar Jadi Mualaf

1. Sejak menikah dan punya dua anak hidup saling toleransi berbeda agama

Ilustrasi Toleransi Agama (IDN Times/Mardya Shakti)

Wawan membagikan secuil kisahnya kepada IDN Times. Dia yang waktu itu memeluk Katolik mempersunting seorang perempuan beragama Islam pada 2002 silam. Keduanya sepakat untuk tidak pindah ke agama satu sama lain. Hidup berdampingan, saling toleransi dan mencintai.

Keyakinan Wawan terhadap agamanya waktu itu masih berlanjut hingga anak pertamanya yang lahir pada 2003 dan anak keduanya pada 2006. Kedua anaknya itu mengikuti jejak ibunya, berkeyakinan Islam. Lama kelamaan, Wawan merasa hampa.

"Sampai tahun 2008 saya menjalani ibadah masing-masing. Istri puasa sendiri, aku tiap Minggu ke Gereja ya sendirian, selama itu tidak ada konflik, tapi rasanya hampa gitu ya, semuanya sendirian," ungkapnya, Minggu (9/5/2021).

2. Hatinya bergetar saat mendengarkan anak doa buka puasa

mbaratna.com

Suatu ketika, hati Wawan bergetar. Saat itu dia sedang mendengarkan salah satu anaknya memimpin doa berbuka puasa dengan lantunan yang keras. Dia hanya bisa melihat dan menyimak saja. "Saya rasanya menangis rasanya berat banget merasakannya," kata dia.

Gejolak yang dirasakan Wawan akhirnya dicurahkan ke orangtua dan keluarganya yang beragama Katolik. Pihak keluarga pun menyerahkan keputusan itu ke Wawan sendiri. Alasannya, Wawan sudah berkeluarga. Punya kendali penuh atas dirinya.

"Saat itu ibuku memberikan kepercayaan penuh, dipersilakan bilang kamu kan sudah berkeluarga sudah punya anak istri," bebernya.

3. Dapat restu, merenung, lalu memutusukan masuk Islam

Pixabay.com/avi_acl

Merasa mendapat restu dari orangtua, Wawan tidak langsung tancap gas untuk pindah keyakinan. Wawan memilih merenung terlebih dahulu. Sampai akhirnya pada 2011, dia mantab memeluk Islam secara kaffah. Berikrar mengucapkan dua kalimat sahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya.

Ketika ikrar, Wawan dituntun oleh Prof. Ahmad Zahro. Dia sempat heran dan merasa aneh sebelum ikrar. Sebab, suasana masjid cukup sepi mulanya. Tapi jelang ikrar, mendadak ramai jemaah yang menjadi saksi dia menjadi mualaf.

"Usai saya mengucap sahadat mereka memeluk dan menciumi saya memberikan selamat,” katanya.

Baca Juga: Mimpi Dituntun ke Masjid, Jelang Puasa Ikrar Masuk Islam

Berita Terkini Lainnya