TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Wirastho, Pelukis Ampas Kopi yang Karyanya Mendunia  

Karyanya sudah sampai Jerman, Rusia hingga Kuwait

Wirastho saat melukis menggunakan cethe di kanvas, Rabu (30/20/2019). IDN Times/ Alfi Ramadana

Malang, IDN Times - Siang itu, seorang pria tampak sedang sibuk melayani pelanggan di kedai kopi miliknya di Jl Magelang no 11. Pembawaanya ramah dan santai kepada para pelanggan di kedai kopi Cangkir Laras. Sesekali dirinya berbicara dengan pembeli kopi di kedainya.

Ya, dia adalah Wirastho atau yang kerap disapa Sawir. Pelukis andal yang menggunakan ampas atau cethe kopi sebagai pengganti cat untuk melukis. Karyanya sudah cukup banyak dan bahkan beberapa sudah menembus luar negeri. 

1. Berawal dari kebiasaan ngopi

Wirastho pelukis menggunakan cete kopi sebagai pengganti cat. IDN Times/ Alfi Ramadana

Sata ditemui di kedai Cangkir Laras miliknya, Wirastho bercerita tentang awal dirinya mulai melukis menggunakan cethe. Hal itu semua berawal dari kebiasanya merokok. Saat merokok, dirinya kerap mengoleskan cethe di batang rokok yang dihisapnya. Namun, ia sempat mengalami sakit pada tahun 1999 lalu. Oleh dokter, pria yang akrab disapa Sawir tersebut diminta untuk berhenti merokok.

 

2. Cari media lain karena tak lagi merokok

Wirastho saat melayani pembeli di kedai kopi miliknya, Rabu (30/10/2019). IDN Times/ Alfi Ramadana

Setelah dirinya berhenti merokok, ia mencoba untuk menuangkan kreatifitasnya tersebut ke bidang lain. 

"Pertama saya coba di tisu. Ternyata hasilnya bagus, lalu saya kembangkan ke kertas ternyata hasilnya juga bagus. Akhirnya saya mencoba di kanvas sampai sekarang," terangnya, Rabu (30/10). "Saya kebetulan berasal dari daerah yang punya tradisi cethe. Hal itu menjadi kebiasaan saya ketika merokok pasti membuat cethe dengan motif-motif batik."

3. Proses pembuatan lukisan bervariasi

Hasil karya lukisan Wirastho dari cethe di galeri Cangkir Laras miliknya. IDN Times/ Alfi Ramadana

Lebih jauh, pria kelahiran Ponorogo 4 Januari 1979 itu mengakui bahwa dalam proses pembuatan lukisan tidak sama. Semua bergantung tema yang akan dilukis serta waktu yang dimiliki. Pasalnya, selain melukis, Wirastho juga masih memiliki kegiatan lain seperti berdagang kopi maupun juga kegiatan sosial lainya. 

"Ada yang satu hari selesai, ada yang sampai berbulan-bulan. Bahkan ada yang satu tahun lebih baru selesai," jelasnya. 

4. Harus perhatikan kadar air cethe

Seorang pelanggan sedang memperhatikan lukisan hasil karya Wirastho, Rabu (30/10/2019). IDN Times/ Alfi Ramadana

Dalam prosesnya, pria yang sempat menjadi guru itu menerangkan bahwa karakter cethe berbeda dengan cat ataupun lainya. Cethe yang berasal dari sisa kopi merupakan bubuk kering yang diberi air. Sehingga dalam proses melukis, dirinya harus benar-benar memperhatikan kadar air agar cethe tetap bisa digunakan. Untuk satu lukisan kecil, setidaknya Wirastho memerlukan dua cangkir cethe.

"Kalau dia airnya habis dan mengering maka bisa kembali berubah menjadi bubuk. Makanya untuk prosesnya ini harus benar-benar diperhatikan," katanya. 

Baca Juga: Rekor Baru, Lukisan Banksy Terjual Rp172 Miliar

5. Hanya menjual lukisan yang sudah jadi

Lukisan cethe hasil karya Wirasto di galeri Cangkir Laras miliknya, Rabu (30/10/2019). IDN Times/ Alfi Ramadana

Meski karyanya banyak diapresiasi, Wirastho mengakui sejauh ini tak banyak melayani pesanan. Kebanyakan pembeli datang untuk membeli karyanya yang sudah jadi. Kisaran harga yang ditawarkan mulai dari Rp3,5 juta hingga Rp15 juta. 

"Biasanya saya foto lalu upload di medsos. Kalau ada yang tertarik mereka menghubungi," jelasnya. 

Baca Juga: Ditemukan di Dapur Seorang Nenek, Lukisan Ini Terjual Rp373 Miliar

Berita Terkini Lainnya