TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Usaha Dekorasi Asal Blitar, Modal Rp300 ribu yang Tembus Pasar Ekspor

Kisah jatuh bangun UMKM asal Blitar

Salah seorang pekerja sedang menata produk wall decor di Prima Shabby Craft. IDN Times/Alfi Ramadana

Blitar, IDN Times - Selalu ada jalan bagi mereka yang tak pernah putus harapan. Hal itulah yang tampaknya benar-benar dirasakan oleh Andyk Widodo (33) dan Laily Prima Monica (33). Pasangan suami istri asal Jl Majapahit, Gedok, Sananwetan, Kota Blitar itu mampu bangkit dan berhasil merintis usaha dekorasi rumah. Bahkan, kini usaha yang diberi nama Prima Shabby Craft itu berkembang sangat pesat dan mampu melayani pesanan hingga belasan ribu setiap bulannya.

1. Sempat gagal usaha konveksi, sisa modal tinggal Rp300 ribu digunakan untuk usaha dekorasi rumah

Proses pengerjaan wall decor di Prima Shabby Craft. IDN Times/Alfi Ramadana

Sebelum berkembang seperti saat ini, dirinya dan istri sempat mengalami masa-masa sulit, terutama saat awal-awal memulai usaha. Sebelum menggeluti bidang craft dan wall decor, Andyk menyebut bahwa dirinya sempat membuka usaha konveksi sekitar pertengahan tahun 2014.

Awalnya semua berjalan sesuai rencana. Namun, setelah berjalan 2,5 tahun, usahanya justru mengalami penurunan dan merugi. Persaingan yang semakin sengit serta biaya operasional yang besar membuat Andyk dan sang istri mengalami kesulitan mengembangkan usaha. Alhasil pada tahun 2016 akhir, usaha konveksi yang mereka kembangkan terpaksa harus terhenti. 

"Setelah usaha konveksi berhenti, kami kemudian coba mencari usaha lain. Kemudian terpikir membuat dekorasi rumah. Modal awal yang kami miliki saat itu hanya Rp300 ribu saja. Itupun untuk beli alat," paparnya Senin (11/4/2022). 

2. Tidak langsung layani banyak pesanan

Proses finishing produk dari Prima Shabby Craft. IDN Times/Alfi Ramadana

Saat awal merintis usaha tersebut, Andyk dan istri membuka sistem pre order karena tidak memiliki banyak modal. Untuk proses pengerjaan awal hanya ia lakukan bersama sang istri. Perlahan tapi pasti produk yang mereka buat mulai mendapat minat pasar.

Hingga kini, Prima Shabby Craft sudah memiliki 30 karyawan. Untuk pemasaran, Prima Shabby Craft juga mengandalkan berbagai platform, mulai dari media sosial hingga memanfaatkan online store. 

"Awalnya kami buat produk yang standar saja seperti kotak tisu biasa. Kemudian berkembang menjadi diberi semacam hiasan emot. Sekarang total kami punya 2000 varian produk dengan 900 tema berbeda yang sudah ter-upload di marketplace," imbuhnya. 

3. Sempat kesulitan bahan dan pengiriman

Salah seorang pekerja sedang merapikan beberapa produk Prima Shabby Craft. IDN Times/Alfi Ramadana

Selama proses pengembangan usahanya, Andyk mengakui bahwa dirinya menghadapi berbagai kendala. Kendala pertama adalah sulitnya mendapatkan bahan baku. Posisi Kota Blitar yang tidak berada di jalur utama perekonomian memang membuat sektor industri di Kota Proklamator itu sulit berkembang.

Kendala kedua adalah kurir pengiriman. Awalnya, dirinya mulai memasarkan produk melalui marketplace, termasuk Shopee karena tidak banyak jasa ekspedisi yang tersedia. 

"Untuk mengatasi jasa pengiriman yang belum banyak, kami biasanya maksimalkan di promosinya. Jadi pelanggan bisa mendapatkan harga terbaik dengan pengiriman yang ada," sambungnya. Perlahan, bisnisnya pun mulai menunjukkan geliat positif. 

Tak hanya pasar lokal, produk Prima Shabby Craft kini juga sudah menembus pasar ekspor. Andyk menyebut bahwa produknya sudah beberapa kali dikirimkan ke Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Philipina. Meskipun diakuinya bahwa ekspor yang dilakukan masih belum banyak. 

Baca Juga: 10 Kesalahan Memilih Perabot dan Dekorasi Rumah, Fatal Akibatnya!

Berita Terkini Lainnya