TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Rahasia Tato di Jepang, Makna dan Filosifinya

Tato Jepang merupakan bagian dari sejarah dan tradisi kuno

Ilustrasi tato Jepang. (FOTO: Instagram/ Japan Tatoo)

Seni tato di Jepang, atau yang dikenal dengan nama irezumi, telah menjadi bagian penting dari budaya Jepang selama berabad-abad. Irezumi memiliki sejarah panjang dan kaya nilai, dan terus berkembang hingga saat ini.

Irezumi berasal dari zaman Yayoi, sekitar 300 SM - 300 Masehi, di mana tato dianggap sebagai tanda keberanian dan status sosial. Tato Jepang juga mengandung mitos yang kental hingga melekat dengan Yakuza. Tidak hanya gayanya yang beragam, makna di balik tato juga memberikan gambaran sekilas tentang signifikansi budayanya. Berikut 5 rahasia tato Jepang yang belum banyak diketahui publik secara umum.

Baca Juga: 5 Manga Romantis Langsung Baca Sampai Tamat, Awas Baper!

1. Tato sebagai identitas, tanda anjing di dahi berarti terpidana mati

Ilustrasi. (FOTO: HH Japaneeds)

Dilansir Tsunagu Japan, menurut Kojiki dan Nihon Shoki, dua teks abad ke-8 yang terdiri dari catatan tertua yang ada di Jepang, tato dalam masyarakat Jepang menjadi "kebiasaan atau hukuman yang dilakukan di daerah terpencil". Pada periode Edo, tato mulai digunakan pada penjahat sebagai bentuk hukuman dan tampilan permanen dari rasa malu.

Salah satu jenis tato hukuman adalah satu atau dua garis padat yang melingkari lengan atas. Di beberapa daerah, karakter seperti simbol “X” besar atau karakter “kanji” yang ditato di dahi berhubungan dengan jenis pelanggaran yang dilakukan.

Jumlah tato garis di lengan mereka dibuat untuk menandai berapa kali mereka melakukan kejahatan. Sementara apabila orang tersebut sampai menerima tato di dahi dengan huruf kanji yang memiliki arti "anjing", artinya mereka adalah penjahat terpidana mati yang menunggu waktu eksekusi.

2. Penanda wanita sudah menikah, tato simbol penuntun kehidupan setelah mati

Ilustrasi. (FOTO: pixabay)

Pada tahun 1534, wanita pribumi Ainu di Hokkaido juga memiliki tato di sekitar bibir dan tangan mereka yang disebut "hachiji". Tato-tato ini dianggap sebagai simbol kecantikan dan talisman. Tato ini juga merupakan simbol penting dari status pernikahan seorang wanita dan dipercayai bisa menuntun jalan pada kehidupan kedua setelah kematian.

Namun, kedua budaya tato ini ditekan dan akhirnya hampir punah pada abad ke-19 setelah pemerintah Jepang melarang tato dan melakukan upaya untuk asimilasi di Okinawa dan Hokkaido.

3. Sebagai hiasan tubuh karena pekerjaan memaksa telanjang

Ilustrasi. (FOTO: pixabay)

Pada periode Edo, seni tato mengalami lonjakan popularitas yang besar di Jepang. Hal ini disebabkan oleh karya seniman "ukiyo-e" seperti Kuniyoshi Utagawa yang menciptakan gambar pahlawan bertato yang dinamis. Banyak orang yang terinspirasi oleh gambar-gambar tersebut dan memutuskan untuk membuat tato serupa, bahkan ada yang meminta pahlawan tersebut untuk membuat tato di tubuh mereka.

Selain itu, ada alasan lain mengapa tato menjadi semakin populer di kalangan masyarakat pekerja pada masa itu. Para pekerja di zaman Edo harus mengenakan pakaian luar mereka terus-menerus karena sifat pekerjaannya. Hal ini membuat kulit mereka yang sering telanjang menjadi tempat yang ideal untuk dihiasi dengan tato. Dalam waktu singkat, tato berevolusi dari karakter dan simbol sederhana menjadi gambar yang indah dan rumit.

4. Klaim dosa kejahatan yang diwariskan

Ilustrasi. (FOTO: pixabay)

Tato telah menjadi lambang kriminalitas di masyarakat Jepang hingga saat ini. Asosiasi tersebut terbentuk karena pada masa Edo yang kini disebut Yakuza. Leluhur Yakuza adalah golongan penjahat yang ditangkap dan kemudian mendapatkan tato oleh pemerintah di dahi atau lengan mereka. 

Atas dasar kesetiaan terhadap leluhur mereka, keturunan para kriminal terdahulu secara sukarela menutupi tubuhnya dengan tato sebagai bentuk warisan. Meskipun sebenarnya mereka tidak memiliki catatan kriminal. Biasanya, tato di tubuh mereka memiliki sejarah panjang di garis keturunannya. 

Pada periode Meiji Jepang, tato dekoratif dilarang pada tahun 1872 karena pemerintah khawatir tato tersebut akan membuat orang Barat menganggap Jepang sebagai negara terbelakang. Di Ainu Hokkaido dan orang Ryukyu di Okinawa, orang bisa ditangkap jika terlihat memiliki tato. Larangan tersebut diberlakukan selama lebih dari 70 tahun dan tato hanya dibuat secara rahasia oleh horishi Jepang. Namun, larangan tato dicabut di Jepang pada tahun 1948 setelah pendudukan Amerika Serikat.

Baca Juga: 10 Momen Gak Sengaja Tato Menyatu dengan Objek Lain, Pas Banget!

Verified Writer

Agung Sedana

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya