Hidup Segan Mati Tak Mau, Nasib Perusahaan Penerbitan Buku di Malang
Buku fisik nasibmu kini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Malang, IDN Times - Perusahaan penerbitan buku kini menghadapi tantangan yang berat. Kemajuan teknologi digital memaksa mereka haris berpikir lebih keras untuk menyiasati perubahan yang serba cepat ini.
Keberadaan berbagai aplikasi penyedia novel digital sampai kemunculan buku-buku digital membuat persaingan bisnis melangkah ke level yang berbeda dari sebelumnya. Pembaca yang awalnya hanya berkutat di toko buku, kini juga bertambah ke platform digital.
Hal ini membuat perusahan-perusahaan penerbitan buku makin bingung harus melangkah. Apakah mereka bertahan ke model bisnis lama, atau bertaruh pada model bisnis baru yang belum tentu keuntungannya. Hal ini membuat beberapa perusahaan penerbitan buku lokal di Kota Malang bak hidup segan mati tak mau.
Baca Juga: 5 Tips Hidup Minimalis dari Buku Seni Hidup Minimalis
1. Pandemik COVID-19 makin mencekik
Tanda-tanda peralihan dari buku fisik ke buku digital sebenarnya sudah terlihat sejak 2016, namun saat itu para pengusaha penerbitan buku tidak terlalu panik karena buku fisik masih dinikmati. Toko-toko buku seperti Gramedia, Togamas, dan pasar-pasar buku masih ramai dikunjungi pelajar, mahasiswa, sampai orang tua.
Pemilik MNC Publishing Book Kota Malang, Gede Soerjo mengatakan saat itu perusahaannya sangat aktif menerbitkan ratusan judul buku. Bahkan setidaknya ada 300 penulis yang menerbitkan buku kepadanya.
Namun, semua berubah pada awal 2020 saat Pandemik COVID-19 menggempur Indonesia dan dunia. Pusat-pusat perbelanjaan harus ditutup untuk memenuhi peraturan pembatasan masyarakat, tak terkecuali toko-toko buku.
MNC Publishing akhirnya sampai mengurangi jumlah penulis bukunya mencapai 70 persen. Pasalnya karena pembatasan masyarakat tersebut membuat tidak ada orang yang datang ke toko buku. Masyarakat juga akhirnya memilih alternatif untuk membaca buku digital.
"Kita waktu itu bahkan sampai hampir bangkrut, karena sepi pembeli setelah mereka beralih membaca buku digital. Dan tidak hanya kami, 49 perusahaan lain yang tergabung di Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Kota Malang juga mengalami masalah yang sama," jelasnya saat dikonfirmasi pada Kamis (02/03/2033).
Baca Juga: 6 Kafe Buku di Surabaya, Ngopi Asyik Sambil Baca Buku