Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Menengok Tradisi Larung Sesaji di Telaga Sarangan Magetan

Dua tumpeng raksasa diarak keliling dan ditengelamkan di tengah telaga. IDN Times/ Riyanto.
Dua tumpeng raksasa diarak keliling dan ditengelamkan di tengah telaga. IDN Times/ Riyanto.

Magetan, IDN Times – Suasana meriah menyelimuti lokasi wisata Telaga Sarangan, di Kabupaten Magetan, Jawa Timur saat puncak acara Gebyar Labuhan Sarangan digelar pada setiap Jumat Pon di bulan Ruwah, yang tahun ini jatuh pada 31 Januari 2025. Tradisi larung sesaji ini menjadi bagian dari ritual bersih desa di Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, sebagai ungkapan syukur masyarakat atas hasil panen dan doa untuk keberkahan.

1. Wujud syukur dan sedekah kepada alam

Dua tumpeng raksasa diarak keliling dan ditengelamkan di tengah telaga. IDN Times/ Riyanto.
Dua tumpeng raksasa diarak keliling dan ditengelamkan di tengah telaga. IDN Times/ Riyanto.

Acara utama yang paling dinantikan adalah prosesi larung dua tumpeng raksasa ke tengah telaga. Tumpeng pertama, Gono Bahu, berupa tumpeng nasi setinggi dua meter, sementara tumpeng kedua, Tidak Ripih, berisi aneka sayuran dan hasil bumi dengan ukuran yang sama. Kedua tumpeng ini diarak mengelilingi telaga menggunakan perahu sebelum akhirnya dilarung ke dalam air.

Menurut Sunardi, tokoh masyarakat Sarangan, ritual ini adalah bentuk rasa syukur warga terhadap hasil panen yang melimpah serta harapan akan keberkahan bagi desa.

"Kita telah dianugerahi alam yang indah dan hasil pertanian yang melimpah. Tradisi ini adalah ungkapan syukur dan doa agar Sarangan selalu diberkahi," ujarnya.

2. Tradisi yang terus lestari

Dua tumpeng raksasa diarak keliling dan ditengelamkan di tengah telaga. IDN Times/ Riyanto.
Dua tumpeng raksasa diarak keliling dan ditengelamkan di tengah telaga. IDN Times/ Riyanto.

Selain dua tumpeng utama, warga setempat juga membawa ambengan, yaitu nasi lengkap dengan lauk pauk, untuk didoakan bersama. Sebagian dari makanan ini kemudian dilempar ke telaga sebagai simbol sedekah kepada alam.

Ratmiati, salah satu warga Sarangan, menuturkan bahwa tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan selalu digelar setiap tahun pada hari Jumat Pon sebagai bentuk penghormatan kepada alam.

"Mudah-mudahan tahun ini Sarangan berlimpah kemurahan dan keselamatan," harapnya.

3. Perbandingan dengan tradisi di Ponorogo

Dua tumpeng raksasa diarak keliling dan ditengelamkan di tengah telaga. IDN Times/ Riyanto.
Dua tumpeng raksasa diarak keliling dan ditengelamkan di tengah telaga. IDN Times/ Riyanto.

Tak hanya masyarakat lokal, ritual ini juga menarik perhatian wisatawan dari luar daerah. Dila, seorang pengunjung dari Ponorogo, mengaku sengaja datang untuk menyaksikan langsung tradisi ini.

"Mirip dengan acara bersih desa di Telaga Ngebel, Ponorogo, cuma di sana tumpeng tidak dinaikkan perahu, tapi didorong dari tepi telaga. Selain itu, perayaannya di Ponorogo diadakan setiap bulan Muharram atau Suro," katanya.

Menurutnya cukup unik tradisi dan pesona alamnya, Labuhan Sarangan menjadi daya tarik wisata budaya yang sayang untuk dilewatkan. 

Ritual ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi bukti kuatnya hubungan masyarakat dengan alam serta warisan leluhur yang terus dijaga.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Riyanto
EditorRiyanto
Follow Us