Rock Balancing, Cara Unik Menenangkan Diri di Alam Ngawi

- Seni sederhana yang ajarkan keseimbangan hidupDi tepi sungai Seloondo, para pegiat rock balancing menyusun batu sampai berdiri seimbang tanpa lem atau penyangga. Butuh fokus, kesabaran, dan ketenangan tingkat tinggi.
- Meditasi alam terbuka yang bikin pikiran ademRock balancing bukan hanya seni, tapi juga meditasi alami. Aktivitas ini bisa dilakukan siapa pun, dari anak-anak sampai orang dewasa. Rasanya seperti menemukan ketenangan dalam diri sendiri.
- Dulunya ramai lewat Festival Gravitasi BumiRock balancing mulai dikenal di Ngawi sejak 2015 dan berkembang jadi Festival Gravitasi Bumi. Meski sempat terhenti akibat pandemi
Ngawi, IDN Times – Kalau kamu lagi penat dan butuh healing, coba deh main ke Wisata Alam Seloondo, Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Di sini, kamu bisa mencoba aktivitas seru sekaligus menenangkan: rock balancing art, alias seni menyusun batu sampai berdiri seimbang tanpa lem atau penyangga.
Sekilas terlihat gampang, tapi ternyata butuh fokus, kesabaran, dan ketenangan tingkat tinggi. Cocok banget buat kamu yang lagi pengin detoks stres di tengah alam.
1. Seni sederhana yang ajarkan keseimbangan hidup

Di tepi sungai Seloondo, banyak batu dengan bentuk dan ukuran berbeda. Nah, di situlah para pegiat rock balancing memulai aksinya menyusun batu demi batu sampai berdiri tegak sempurna.
Salah satunya adalah Yosef Dani Kurniawan, pegiat asal Ngawi yang sudah lama menekuni seni ini. “Rock balancing bagi saya adalah cara belajar menyeimbangkan hidup. Butuh kesabaran dan konsentrasi untuk membuat batu berdiri tanpa jatuh,” kata Dani, Sabtu (25/10/2025).
Setiap tumpukan batu punya cerita dan tantangannya sendiri. Ada yang bisa berdiri dalam hitungan detik, tapi ada juga yang butuh waktu sampai satu jam. Semua tergantung bagaimana kamu membaca gravitasi dan keseimbangan alam.
2. Meditasi alam terbuka yang bikin pikiran adem

Bagi Dani, rock balancing bukan cuma seni, tapi juga meditasi alami. Aktivitas ini bisa dilakukan siapa pun, dari anak-anak sampai orang dewasa. “Yang penting tenang dan sabar. Saat batu akhirnya seimbang, rasanya seperti menemukan ketenangan dalam diri sendiri,” ujarnya.
Nggak perlu alat mahal atau lokasi khusus — cukup alam terbuka, suara gemericik air, dan hati yang tenang. Bonusnya? Foto-foto hasil susunan batu kamu bisa jadi konten estetik banget buat media sosial.
3. Dulunya ramai lewat Festival Gravitasi Bumi

Ternyata, rock balancing bukan hal baru di Ngawi. Aktivitas ini mulai dikenal sejak 2015, awalnya lewat acara Sendang Ngiyom, lalu berkembang jadi Festival Gravitasi Bumi di Bumi Perkemahan Seloondo.
Pandemi sempat bikin kegiatan ini berhenti, tapi kini para pegiat seperti Dani mulai menghidupkannya lagi. Meski belum ada komunitas resmi, banyak “seniman batu” lokal yang rutin berlatih dan berbagi hasil karyanya di media sosial.
Kalau kamu berencana mampir ke Seloondo, sempatkan mencoba rock balancing di tepi sungai. Kamu nggak perlu peralatan khusus cukup batu, ketenangan, dan rasa ingin tahu. Siapa tahu, saat batu-batu itu berdiri tegak, kamu juga menemukan keseimbangan dalam hidupmu sendiri.


















