Mendaki Jabal Nur Menuju Gua Hira, Membayangkan Beratnya Jalan Nabi Muhammad

- Jabal Nur di Makkah adalah tempat bersejarah bagi Islam, di mana Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu dari Malaikat Jibril.
- Pendakian ke Jabal Nur memerlukan stamina dan ketahanan fisik karena medan yang curam dan panasnya suhu hingga 44 derajat celcius.
- Area pendakian memiliki fasilitas modern seperti kafe, kios souvenir, dan museum Wahyu, tetapi pendaki harus menghadapi medan berdebu dan tangga curam.
Makkah, IDN Times - Jabal Nur yang terletak di Kota Makkah, Arab Saudi, punya nilai sejarah penting bagi perkembangan Islam dunia. Di puncak bukit, tepatnya di sebuah lorong batu kecil Nabi Muhammad pertama kali mendapatkan wahyu pada tanggal 17 Ramadan 13 tahun sebelum hijriah, atau tahun 610 masehi. Di lorong kecil yang kemudian biasa disebut Gua Hira itulah, Muhammad yang ketika itu sedang menyendiri ditemui Malaikat Jibril yang menyampaikan firman Allah Surat Al 'Alaq ayat 1-5. Sejak saat itulah, Muhammad menjadi seorang Nabi. Tugas beratnya adalah menyampaikan ajaran Islam ke seluruh dunia.
Kini, nyaris 1,5 milenium setelah kejadian magis tersebut, Jabal Nur pun menjadi salah satu tujuan wisata utama para jemaah haji atau umrah. Para tetamu Allah rela mendaki bukit dengan tinggi 700 meter itu demi menapak tilas perjalanan Muhammad.
Oleh Kerajaan Arab Saudi, wisata pendakian pendek ini pun kini dikemas lebih menarik. IDN Times berkesempatan langsung merasakan pendakian ke Jabal Nur, Senin (24/6/2024) dini hari lalu. Ya, mendaki ke Jabal Nur memang harus malam atau dini hari jika tak mau terpanggang matahari Arab yang punya suhu 44 derajat celcius. Masuknya gratis, tak ada pungli tukang parkir. Yang harus kalian siapkan adalah stamina.
Wisatawan yang pertama kali mengunjungi Jabal Nur mungkin akan menduga bahwa pendakian Jabal Nur adalah wisata hiking 'gampangan'. Maklum, di area pintu masuk, pengunjung sudah disambut dengan plaza luas yang berisi tenant, mulai dari, kafe, kios souvenir hingga museum Wahyu yang canggih.
Daripada sebuah tempat pendakian, area ini lebih mirip Plaza Festival di daerah Kuningan Jakarta. Pengunjung bisa ngopi sambil belanja di sini. Di Indonesia, nyaris tak ada wisata pendakian bukit atau gunung yang punya 'sajian pembuka' seperti ini. Tapi jangan terkecoh, di ujung jalan tempat inilah sensasi pendakian sebenarnya dimulai.
Setelah melewati belasan anak tangga awal, pengunjung akan langsung disambut dengan tanjakan pertama. Meski tak terlalu curam, lereng berdebu ini cukup buat pemanasan. Menghadapi medan berdebu seperti ini tak pernah mudah. Baiknya memang pakai masker untuk mencegah debu masuk ke hidung. Tapi, masker sudah pasti bikin napas engap. Jadi, tetaplah pakai masker dan pintar-pintar mengatur napas.
Di akhir tanjakan pertama ini ada sebuah pos. Di sana pengunjung bisa rehat sejenak sambil membeli kudapan atau membeli souvenir. Buat kalian yang merasa tidak kuat disarankan berhenti di sini. Sebab, medan selanjutnya lebih curam.
Nah, buat yang akan melanjutkan perjalanan, penunjung harus siapkan energi lebih karena masih ada belasan tanjakan di depan mata. Di tanjakan kedua, napas dan langkah mereka akan diuji dengan elevasi atau sudut kemiringan 60 derajat. Di sini, ada dua pilihan. Kalau mau cepat, naik jalan tanah berdebu. Jika tak kuat ada pilihan tangga berpagar besi.
Lepas dari tanjakan kedua ini pengunjung bisa kembali rehat di sebuah lapang datar. Sebenarnya ada sebuah kafe yang terbuat dari kontainer di sini. Hanya saja sedang tutup. Tak perlu sedih tak ada kopi. Di sini pendaki bisa menikmati hamparan pemandangan Kota Makkah dari ketinggian. Tak ketinggalan, Clock Tower di Masjdiil Haram pun terlihat dari sini.
Setelah salat subuh dan mengabadikan langit dini hari Makkah, tanjakan ketiga sudah menanti. Di tanjakan ini, kita akan mulai disambut dengan tukang bersih tangga. Keberadaan mereka memang penting. Layaknya tempat wisata di Indonesia, di hampir seluruh titik tangga Jabal Nur, sampah terlihat berserakan. Mereka biasanya menyapu dan mengumpulakannya dalam kantong plastik sampah. Namun, sebaiknya jaga jarak dengan pria-pria asal India ini. Mereka kerap menghampiri para pengunjung, sekadar mengajak bicara atau meminta uang.



















