TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mahasiswa UMM Buat Sistem Pintar Pendeteksi Kebakaran Hutan

Prihatin dengan kasus kebakaran hutan yang terjadi

Mahasiswa UMM menciptakan aplikasi pendeteksi kebakaran hutan. Dok/ Humas UMM

Malang, IDN Times - Permasalahan kebakaran hutan selalu menghantui setiap tahun. Seolah sudah menjadi kebiasaan, selalu saja kasus kebakaran hutan terjadi saat memasuki musim kemarau.

Kebakaran hutan yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia itu berdampak cukup luas. Bahkan ,asap yang disebabkan dari kebakaran tersebut menganggu aktivitas masyarakat sehari-hari. 

1. Kebakaran hutan di Indonesia salah satu yang terluas

rmco.id

Seperti diketahui, tahun lalu beberapa wilayah hutan di Indonesia terbakar. Hal itu lantaran kemarau yang cukup panjang. Hal yang sama juga terjadi pada 2018.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2018, luas lahan berhutan di Indonesia mencapai 93,5 juta hektare. Sehingga, selain Brazil, Indonesia menjadi penyumbang terbesar kadar oksigen dunia yang kemudian sering disebut menjadi paru-paru dunia.

Baca Juga: Dosen UMM Kembangkan Tanam Sayur dan Ternak Ikan di Lahan Sempit 

2. Ciptakan alat pendeteksi kebakaran hutan

Mahasiswa UMM ciptakan alat pendeteksi kebakaran hutan. Dok/ Humas UMM

Prihatin dengan kondisi tersebut, sekelompok mahasiswa Program Studi Teknik Informatika UMM melakukan sebuah riset. Hasilnya, mereka berhasil membuat sistem pintar atau teknologi yang bernama Integrated Forest Fire Management Sistem. Alat tersebut memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mendeteksi kebakaran hutan. 

"“Cara kerja sistem ini adalah dengan memanfaatkan sensor LM35 dan sensor Flame menggunakan Artificial Intelligence sebagai pemroses data,” ungkap Billy, selaku ketua kelompok, Jumat (3/1).

3. Kebakaran hutan jadi masalah yang belum terpecahkan

Ilustrasi alat pendeteksi kebakaran hutan ciptaan mahasiswa UMM. Dok/ Humas UMM

Sementara data BNPB yang di-update pada 15 September 2019 mencatat, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sebesar 328.722 hektare. Jumlah titik panas atau hot spot yang dideteksi mencapai total 538 titik. Inovasi dari mahasiswa UMM tersebut digadang mampu mengurangi perluasan dampak kebakaran. 

"“Hutan memegang peran penting bagi kehidupan, di antaranya adalah filter untuk mengurangi pemanasan global dan penghasil oksigen. Sangat disayangkan jika hutan di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya,” terang Billy. 

4. Alat memanfaatkan sensor panas

Kebakaran hutan di Amazon, Brazil, pada 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Ueslei Marcelino

Adapaun kerja dari alat ciptaan Billy Aprilio, Yasril Imam, dan Ulfah Nur Oktaviana ini berupa temperatur suhu dan nyala api. Ketika terjadi kebakaran, maka sensor akan mendeteksi secara otomatis. Selanjutnya, sistem akan memberikan perintah untuk memompa air yang kemudian disemprotkan ke titik terjadinya kebakaran.

“Air didapatkan dari pembuatan penampungan air embun alami dengan menggunakan pemanen embun dari jaring atau fog harvesting,” sambungnya. 

Baca Juga: Mahasiswa UMM Ciptakan Aplikasi untuk Baca Obat-obatan 

Berita Terkini Lainnya