Buah Kepel di Banyuwangi, Langka dan Pengantin Baru Dilarang Makan

Sangat jarang warga Banyuwangi yang pernah makan buah Kepel

Banyuwangi, IDN Times - Di Banyuwangi, Jawa Timur, pohon Kepel (Stelechocarpus burahol) bisa tumbuh subur hingga ketiggian 20 meter. Selain tumbuh liar di kaki Gunung Raung, pohon kepel ini juga dapat ditemukan tumbuh besar di pekarangan warga Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu.

Memasuki bulan Mei ini, beberapa pohon Kepel mulai berbunga. Kendati bisa tumbuh subur, namun lokasi tumbuh pohon kepel ini terbilang cukup langka. Bahkan keberadaan buahnya pun juga sulit ditemukan di pasar buah.

1. Tumbuh di lereng gunung, laku sebelum panen

Buah Kepel di Banyuwangi, Langka dan Pengantin Baru Dilarang MakanHutan lembah Raung di Desa Jambewangi, Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Di pekarangan depan rumah milik Sarmijan (43), salah satu warga lereng Raung, Desa Jambewangi, tumbuh menjulang tinggi 2 pohon Kepel. Sarmijan mengaku, dirinya tidak pernah menjual langsung buah kepel itu di pasar buah. Setiap musimnya, selalu sold out sebelum tiba waktu panen.

"Istilahnya sudah dibooking dulu oleh pengepul. Nanti mereka sendiri yang unduh buahnya kalau sudah waktunya panen," kata Sarmijan, Selasa (2/5/2023).

Menurut Sarmijan, hasil panen yang dikumpulkan pengepul mayoritas dikirimkan ke luar daerah. Kebanyakan dikirim ke wilayah Bali dan Jawa Tengah. Selain pohonnya langka, sebab inilah yang membuat buah kepel jarang ditemui di pasar buah di Banyuwangi.

Baca Juga: Tradisi Pangur, Kepercayaan Kuno Potong Gigi Wanita di Banyuwangi

2. Harga relatif mahal, buah kepel kaya manfaat

Buah Kepel di Banyuwangi, Langka dan Pengantin Baru Dilarang MakanPohon Kepel, buah langka yang tumbuh di Banyuwangi. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Menurut Sarmijan, dua pohon Kepel miliknya dapat menghasilkan antara 80-150 kilogram buah setiap kali panen. Harga jual buah Kepel di pasaran bervariasi antara sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 80 ribu per kilogram, tergantung pada kualitas buah dan harga tersebut cenderung turun saat musim panen tiba.

Sarmijan tidak tahu pasti berapa usia pohon Kepel di halamannya. Namun, ia menyebut bahwa pohon tersebut sudah ada sejak sebelum orang tuanya lahir. Ayahnya lahir pada tahun 1960 dan sejak kecil, pohon Kepel ini sudah besar dan ada di sana.

"Bapak kelahiran tahun 1960. Bapak bilang, sejak dia kecil pohon ini sudah ada dan besar," jelasnya.

Ketika matang, buah Kepel memiliki rasa yang segar dan manis. Buah Kepel terdiri dari 49 persen daging buah, 27 persen biji, dan sisanya kulit yang cukup tebal.

Dalam pengobatan tradisional, daging buah Kepel memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Kandungan polifenol, saponin, dan flavonoid di dalamnya menjadikan buah Kepel kaya akan antioksidan.

Buah Kepel bermanfaat sebagai diuretik, mencegah radang ginjal, menurunkan kadar kolesterol dan asam urat, menjaga kesehatan hati, mempercepat regenerasi sel tubuh, mencegah kanker, dan mengatasi bau badan yang tidak sedap.

3. Makanan kaum bangsawan, pengantin muda dilarang makan

Buah Kepel di Banyuwangi, Langka dan Pengantin Baru Dilarang MakanBuah Kepel, konon adalah makanan para bangsawan jaman dahulu. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Menurut mitos, bagi wanita yang baru menikah disarankan untuk tidak mengonsumsi buah Kepel karena kandungan isoflavon dan fitoestrogen di dalamnya dapat memengaruhi kesuburan wanita. Kandungan tersebut dapat menahan sementara proses reproduksi pada wanita dan membuat buah Kepel memiliki efek seperti pil KB, yang menghasilkan kemandulan sementara.

Pada zaman kerajaan, Buah Kepel kerap digunakan sebagai pengharum tubuh dan sebagai alat kontrasepsi. Sejauh ini, penggunaan buah Kepel hanya terbatas pada wilayah Kesultanan Yogyakarta saja, sehingga buah Kepel menjadi identitas dari Yogyakarta.

Para bangsawan dan putri keraton sering mengonsumsi Kepel agar tubuh mereka harum. Buah Kepel yang matang juga dapat mengatasi masalah bau mulut yang tidak sedap. Dipercaya pula bahwa buah Kepel memiliki khasiat sebagai obat awet muda dan kecantikan.

Di Banyuwangi, banyak masyarakat yang mengetahui bentuk dan khasiat buah Kepel ini. Karena buah Kepel masih jarang ditemukan, sebagian besar dari mereka belum pernah merasakan kenikmatan dan kesegaran buahnya.

"Belum pernah tahu rasanya, belum pernah nyoba. Belinya dimana saya juga tidak tahu," ungkap Tutur Wulandari, warga Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Buah Naga Kuning, Buah Langka yang Eksotis!

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya