Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Legislator Surabaya Keluhkan Pelayanan COVID-19 di Kota Pahlawan

Ketua Komisi C, Baktiono usai pertemuan di Kantor DPRD Kota Surabaya, Senin (25/11). IDN Times/Fitria Madia. IDN Times/Fitria Madia

Surabaya, IDN Times - Pelayanan dan penanganan COVID-19 di Surabaya tampaknya masih belum ideal. Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Baktiono merasakan sendiri ketika dirinya terkonfirmasi positif COVID-19. Dia membeberkan sejumlah fakta susahnya berobat di tengah pandemik ini.

1. Jalani swab hasilnya positif, kesusahan cari obat

Ilustrasi swab test (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Baktiono mengaku awalnya merasakan meriang, demam hingga batuk pada Kamis (1/7/2021). Ia pun memutuskan untuk pergi swab ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Surabaya, Jumat (2/7/2021) malam. Hasil swabnya keluar pada Sabtu (3/7/2021) pagi. Ia pun dinyatakan positif COVID-19,

"Saya konsultasi ke dokter dan harus beli obat di Rumah Sakit dr Soewandhie, walaupun awalnya tidak akan diberi oleh pihak apotek di RS Soewandhie," ujarnya, Selasa (6/7/2021).

2. Tidak bisa isolasi di RS, Baktiono klaim menulari anaknya

Ketua Komisi C, Baktiono usai pertemuan di Kantor DPRD Kota Surabaya, Senin (25/11). IDN Times/Fitria Madia. IDN Times/Fitria Madia

Setelah terkonfirmasi positif, politikus PDIP ini sebenarnya ingin dirawat RS Soewandhie, tetapi kamarnya semua dinyatakan penuh. Ia pun berinisiatif menghubungi Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Jawa Timur (Jatim), dr. Dodo Anondo. "Juga tidak ada jawaban," keluhnya.

"Akhirnya saya isoman di rumah, walau pun ruangannya kurang memadai untuk isoman," dia melanjutkan.

Khawatir dengan kondisi keluarganya, Baktiono meminta semuanya untuk swab di Labkesda, Minggu (4/7/2021). Hasilnya, satu puteri Baktiono terkonfirmasi positif COVID-19, Selasa (6/7/2021). "Setelah Konsultasi ke dokter dan akan beli obat di RS Soewandhie akan ditolak lagi oleh bagian apotek," bebernya.

3. Beri berbagai saran untuk Pemkot

Ilustrasi Ruang Isolasi Mandiri COVID-19. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Baktiono menegaskan kalau dirinya tidak sendirian. Banyak warga yang mengadu lantaran ditolak oleh rumah sakit. Pasalnya, sekarang ini rumah sakit rujukan sedang penuh. Ia pun protes ke pemerintah kota khususnya dinas kesehatan untuk membuat skema atau pola mengatasi pasien yang positif COVID-19

"Pasien positif langsung diberikan obat oleh dinkes agar mereka bisa isolasi mandiri dan dikirim permakanan yang dibeli dari UMKM di wilayah warga yang positif COVID-19," sarannya.

Cara lain, sambung Baktiono, Pemkot Surabaya harusnya bisa menyewa hotel yang murah untuk Isolasi warga. Supaya penyebaran COVID-19 tidak bertambah meluas seperti yang sudah pernah dilakukan Wali Kota Tri Rismaharini ketika masih menjabat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ardiansyah Fajar
EditorArdiansyah Fajar
Follow Us