TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tengah Hamil, Widya Nelangsa Suaminya Jadi Perawat COVID-19

Sang jabang bayi tak lagi dielus, tidur pun harus berjauhan

Ilustrasi tenaga medis. IDN Times/Mia Amalia

Surabaya, IDN Times - Jarum jam sudah berada di angka 10. Lingkungan sekitar rumah kontrakan Widya (24) pun sepi. Tapi Arif Muhamad (27), suami Widya, tak kunjung pulang. Harap-harap cemas Widya menunggu kedatangan Arif sambil mengelus-elus perutnya yang semakin besar. Semenjak beredarnya virus corona di Kota Surabaya, waktu kerja Arif terasa semakin lama.

Widya dan anak dalam kandungannya menjadi saksi, bagaimana Arif berjuang untuk membantu penanganan COVID-19 di Kota Surabaya. Arif adalah perawat di sebuah rumah sakit yang menjadi rujukan perawatan pasien COVID-19 di Kota Surabaya.

1. Arif tidak lagi bersentuhan dengan Widya

Tenaga medis sebagai garda terdepan menghadapi pasien positif COVID-19. (IDN Times/Candra Irawan)

Kehidupan Widya sebagai calon ibu muda berubah drastis saat ditemukannya pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Kota Surabaya. Pikirannya selalu tak tenang, membayangkan apa yang tengah dialami sang calon ayah. Kini ia dan Arif pun selalu berjarak, sesuai dengan anjuran physical distancing agar tidak ada virus yang menjangkit Widya maupun sang jabang bayi.

Widya bercerita, Arif adalah suami yang manis. Setibanya di rumah usai bekerja, Arif pasti mencium pipi istrinya dan perut di mana si calon anak berada. Kandungan widya yang kini sudah menginjak bulan ke 7 pun terbiasa dengan sentuhan dan ciuman Arif. Tapi sekarang, kebiasaan-kebiasaan itu sudah tidak bisa lagi terjadi.

"Sekarang kalau pulang sudah gak cium-cium. Langsung mandi. Terus baju yang dipakai saat itu langsung dicuci. Biasanya saya yang cuci tapi sekarang dia cuci sendiri," cerita Widya kepada IDN Times, Kamis (9/4).

2. Mereka tidur di tempat yang berbeda

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Pribadi)

Widya sebenarnya sudah rindu menyambut kedatangan Arif dengan mesra. Tapi kerinduan itu harus makin bertambah. Pasalnya, Arif sudah tidak mau tidur seranjang dengannya. Semua ini demi mencegah potensi penularan virus corona yang mungkin dibawa Arif dari rumah sakit.

Semenjak rumah sakitnya ramai dikunjungi pasien COVID-19, Arif memilih tidur di ruang tamu. Nelangsa hati Widya melihat suaminya pulang kerja namun harus tidur di lantai beralaskan kasur lipat. Bayi dalam kandungan Widya juga sering berontak, ingin dielus-elus sang ayah seperti biasanya.

"Mungkin sudah kebiasaan. Tiap malam mau tidur dielus-elus perutnya. Tapi sekarang sudah gak bisa. Kadang saya nangis diam-diam dalam kamar ngerasain ini semua," tuturnya.

Baca Juga: Enam Perawat di Indonesia Gugur, Satu Positif COVID-19

3. Sempat panik takut tertular

Ilustrasi tes swab. IDN Times/Candra Irawan

Kekhawatiran Widya sempat mengalami puncaknya. Saat itu, tubuh Arif tiba-tiba demam. Ia juga mengeluh pusing. Widya pun panik, takut-takut suaminya tertular virus corona. Widya pun mencari cara agar sang suami bisa mengikuti tes swab.

"Ayo tes swab sendiri saja gak apa-apa. Dipakai uang tabungannya gak apa-apa. Tapi dia bilangnya gak usah," ungkap Widya mencertikan kepanikannya.

Arif yang bukan merupakan warga Kota Surabaya saat itu memang harus membayar secara mandiri jika ingin melakukan tes swab PCR. Biayanya pun tak murah. Apalagi bagi pasangan muda yang hidup di perantauan seperti mereka berdua. Namun saat itu Arif mencegah Widya menggunakan tabungan yang sebenarnya akan digunakan untuk biaya persalinan itu.

"Alhamdulillah kondisinya berangsur-angsur membaik. Sekarang sudah sembuh. Mungkin karena pengaruh hamil dan lihat kerjaannya suami begitu jadi panik," imbuhnya.

Baca Juga: Kisah dari Garda Terdepan Lawan COVID-19, Perawat Nina: Ini Ibadah

Berita Terkini Lainnya