Gandeng BPPT, Banyuwangi Garap Pengembangan Kopi dari Hulu ke Hilir
Besarnya potensi kopi sebagai penggerak ekonomi rakyat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Pemkab Banyuwangi berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyiapkan SDM pengembangan kopi dan cokelat dari hulu ke hilir. Fokus kolaborasi ini adalah para pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan santri untuk didorong menjadi pegiat bisnis rintisan kopi dan cokelat.
“Kami kerja bareng BPPT menyiapkan SDM kopi dan kakao sebagai bahan dasar cokelat karena dua komoditas itu cukup berlimpah di sini,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas seusai penandatanganan nota kesepahaman dengan Kepala BPPT Hammam Riza, Jumat (8/3).
1. Data konsumen masyarakat Indonesia terhadap kopi dan cokelat
Saat ini muncul lebih dari 100 bisnis rintisan kopi dan cokelat dengan berbagai merek yang digerakkan anak-anak muda Banyuwangi.
“Konsumsi kopi Indonesia cuma 1,5 kilogram per kapita per tahun. Jepang 5 kilogaram, Finlandia bahkan 12 kilogram. Pasar ke depan sangat cerah. Kalau naik 4 kilogram per kapita per tahun, kebutuhan kopi dalam negeri tembus 1 juta ton, melebihi produksi sekarang, kita bakal kewalahan, maka butuh SDM yang kompeten dari hulu ke hilir,” ujarnya.
Demikian pula konsumsi cokelat Indonesia masih sangat rendah, hanya kisaran 0,4 kilogram per kapita per tahun. Di Singapura, misalnya, konsumsinya tembus 1 kilogram per kapita per tahun.
“Kopi dan cokelat bisa menjadi ladang bisnis menggiurkan bagi lulusan SMK dan santri. Kuncinya tiga: bikin produk yang baik, jangan kemahalan dan jangan kemurahan, pasarkan online. Sudah itu saja, Insya Allah laris,” paparnya.