Harga Anjlok Masih Diserang Hama, Petani Bawang Merah Magetan Terpuruk

- Serangan ulat ancam gagal panen. Daun tanaman habis dimakan, proses pembentukan umbi terganggu, berujung pada gagal panen.
- Harga bawang merah terus merosot. Turun hingga Rp30 ribu per kilogram, belum sebanding dengan biaya produksi petani.
- Petani berharap ada solusi nyata. Mereka butuh pengendalian hama dan stabilitas harga agar tidak terpuruk di tengah tekanan alam dan ketidakpastian pasar.
Magetan, IDN Times – Petani bawang merah di Kabupaten Magetan Jawa Timur kini tengah menghadapi situasi sulit pada musim tanam kali ini. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah diserang hama ulat masih dibarengi dengan anjloknya harga jual di pasaran. Ini membuat petani berada di ambang kerugian.
Suratin (50), petani bawang merah asal Desa Panekan, Kecamatan Panekan, menyebut hama ulat menjadi persoalan paling berat yang dihadapi petani. Cuaca yang tidak menentu membuat hama berkembang lebih cepat dan sulit dikendalikan. “Yang paling sulit itu ulat. Kalau musim seperti ini, ulat cepat sekali menyerang. Itu kendala paling berat,” ujar Suratin saat ditemui di lahan pertanian, Senin (15/12/2025).
1. Serangan ulat ancam gagal panen

Serangan hama ulat berdampak langsung pada pertumbuhan tanaman bawang merah. Daun tanaman habis dimakan sehingga proses pembentukan umbi terganggu. Jika serangan terus berlanjut, tanaman akan mengering dan berujung pada gagal panen.
“Ulat itu menghabiskan daunnya, akhirnya tanaman tidak mau berbuah dan lama-lama mengering,” jelasnya.
Selain ulat, musim hujan juga memicu munculnya penyakit jamur. Namun, menurut Suratin, jamur masih relatif bisa ditangani dengan obat-obatan pertanian, berbeda dengan ulat yang kerap datang kembali meski sudah dilakukan penyemprotan. “Kalau jamur masih bisa pakai obat jamur. Yang susah itu ulat,” tambahnya.
2. Harga bawang merah terus merosot

Di tengah ancaman produksi, harga bawang merah justru mengalami penurunan signifikan. Bawang merah kering yang sebelumnya sempat menyentuh Rp48 ribu per kilogram kini turun hingga sekitar Rp30 ribu per kilogram. Sementara bawang merah basah hanya dihargai di kisaran Rp27–28 ribu per kilogram.
“Katanya dari penebas sekarang turun. Kalau dari petani minimal empat puluh, tapi sampai pasar cuma empat delapan. Sekarang malah turun lagi,” ungkap Suratin.
Harga tersebut dinilai belum sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani. Suratin menyebut, harga minimal agar petani tidak merugi setidaknya harus mampu menutup modal benih dan perawatan.
“Minimal harus tiga puluh ribu. Itu baru nutup modal. Modal petani itu besar,” katanya.
3. Petani berharap ada solusi nyata

Suratin mengaku menghabiskan lebih dari tiga kuintal benih bawang merah. Dengan modal yang besar, risiko kerugian semakin tinggi jika serangan hama tak terkendali dan harga tak kunjung membaik. Kondisi tersebut menjadi gambaran yang dialami banyak petani bawang merah di Magetan. Mereka berharap pemerintah dan pihak terkait dapat hadir memberikan solusi, mulai dari pengendalian hama hingga upaya menjaga stabilitas harga, agar petani tidak terus terpuruk di tengah tekanan alam dan ketidakpastian pasar.


















