Cak Mus, Sarjana Elektronika Penggerak Cinta Permainan Tradisional

#MillennialsInspiratif Permainan di gawai kurangi interaksi

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

 

Surabaya, IDN Times - Kebanyakan orang dengan gelar sarjana teknik elektronika mungkin akan berkutat dengan kabel, listrik, dan ilmu-ilmu fisika. Namun tidak bagi Mustofa Sam. Meski bergelar ST dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Cak Mus, sapaan akrabnya, lebih memilih melanjutkan masa depannya untuk mengabdi pada bidang permainan tradisional melalui gerakan Kampoeng Dolanan.

Kampoeng Dolanan sendiri merupakan sebuah gerakan sosial untuk memperkenalkan permainn tradisional serta melestarikannya. Saat ini Kampoeng Dolanan bertempat di Jalan Kenjeran dekat jemuran dan rel kereta api. Melalui berbagai macam program dari pendidikan hingga wirausaha, komunitas yang berdiri sejak 2016 ini sudah berkembang dan dikenal oleh berbagai kalangan terutama di Kota Surabaya.

 

Baca Juga: Rendra Anugraha, Doktor Berusia 24 Tahun dengan IPK 3,95

1. Sudah tertarik dengan permainan tradisional sejak 2010

Cak Mus, Sarjana Elektronika Penggerak Cinta Permainan TradisionalInstagram.com/kampoeng_dolanan

 

Cak Mus mengisahkan bahwa ketertarikannya terhadap permainan tradisional telah ada sejak sekitar tahun 2010. Kala itu ia sudah mulai mengumpulkan permainan-permainan tradisional seperti dakon, bekel, tekotek, dan sebagainya. Ketertarikannya terhadap permainan tradisional hanya sebatas mengajak anak-anak di sekitar rumahnya untuk bermain bersama.

"Dari tahun 2010 saya sebenarnya sudah sering menggiatkan permainan tradisional secara sendiri yang gak dibangun secara gerakan. Jadi cuma kalau pingin ngajak main ya ayo," ujarnya kepada IDN Times.

Namun ketertarikannya ini semakin lama semakin kuat. Apalagi saat ia mengamati fenomena sosial di mana menurutnya nilai-nilai tata krama sudah mulai tergerus. Ia memberi contoh saat sebuah meme viral yang menggambarkan seorang mahasiwa mengancam dosen lantaran judul skripsi tak kunjung disetujui. Bagi Cak Mus, permainan tradisional merupakan salah satu alternatif untuk menumbuhkan kembali norma-norma sosial itu.

"Karena ketika digali, tiap permainan tradisional itu ada makna-makna yang terkandung di dalamnya," tuturnya.

2. Cak Mus perjuangkan nilai masyarakat melalui permainan tradisional

 

Cak Mus kemudian memberi contoh nilai yang terkandung dalam salah satu permainan tradisional yaitu egrang batok. Egrang batok terdiri dari batok kelapa dan tali yang dimainkan dengan cara menginjak batok kelapa. Lalu sang pemain berusaha untuk berjalan menggunakan egrang tersebut.

"Filosofinya egrang batok kelapa seperti setengah permukaan bumi di mana ada manusia yang menginjakkan kakinya dan setiap aktifitas manusia itu tergantung yang di atas. Konteks spiritualnya Allah SWT," terangnya.

Selain itu, Cak Mus menambahkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan lain seperti bersikap jujur dan saling memaafkan sangat biaa bisa dipetik dari permainan tradisional. Ia memberi contoh permainan engklek. Di permainan tersebut, para pemain diharapkan mematuhi peraturan bersama dan bersikap jujur apabila telah menginjak garis saat melompat. Hal-hal ini lah yang tidak akan ditemukan dalam permainan modern dalam gawai.

"Permainan tradisional bukannya tidak bisa digadgetkan, bisa. Tapi itu akan menghilangkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya," imbuhnya.

 

3. Permainan berbasis gawai mengurangi interaksi

Cak Mus, Sarjana Elektronika Penggerak Cinta Permainan TradisionalInstagram.com/kampoeng_dolanan

Cak Mus juga menambahkan bahwa perbedaan antara permainan tradisional dengan permainan modern adalah interaksi tatap muka yang dialami oleh para pemain. Permainan di gawai kurang mengajarkan bagaimana norma-norma berhadapan dengan orang lain.

"Saat permainan tradisional itu dalam ranah tradisional, maka kita akan tetap datang ke setiap rumah untuk memanggil anak-anak atau teman teman untuk bermain permainan tradisional. Tidak perlu manggilnya lewat gadget. Terus kita bisa berhadapan dengan orang tua untuk melatih komunikasi dengan orang yang lebih dewasa seperti apa," lanjutnya.

4. Banyak halangan, mulai orangtua hingga dana

Cak Mus, Sarjana Elektronika Penggerak Cinta Permainan TradisionalInstagram.com/kampoeng_dolanan

 

Niat mulia Cak Mus untuk melestarikan permainan tradisional dan nilai-nilainya tidak semulus kedengarannya. Salah satu kendala awal yang ia hadapi adalah orang tuanya sendiri. Orang tua Cak Mus sempat mempertanyakan kegiatannya yang bukannya berkutat dengan kabel namun malah dengan permainan.

"Mulai 2014 lah aktifitasnya mulai keluar yang bersinggungan dengan anak-anak. Kok ngurusi ngono ae? Ya ada lah. Namanya orang tua gak mungkin dilarang. Cuma diiyakan saja," ujarnya seraya tertawa.

Tak hanya itu, dana juga merupakan salah satu hal yang cukup krusial dalam membangun dan mengembangkan komunitas ini. Sedari awal hingga saat ini, Cak Mus menggunakan dana pribadinya tanpa sponsor untuk membeli permainan-permainan dan kebutuhan lainnya. Namun ia enggan menyebutkan berapa nominal rupiah yang telah ia keluarkan hingga saat ini.

"Ya buat beli ote-ote bisa lah," kelakarnya sembari terkekeh.

5. Berharap lebih banyak orang yang tergerak

Namun perjuangan Cak Mus sudah menunjukkan hasil. Saat ini Kampoeng Dolanan telah dikenal berbagai orang. Ia juga kerap diundang ke beberapa tempat untuk memberikan sosialisasi tentangin permainan tradisional. Komunitas Kampoeng Dolanan pun tak pernah sepi diminati para relawan yang mayoritas merupakan mahasiswa.

Tapi perjuangannya tak sampai di situ saja. Cak Mus masih memiliki visi lain melalui Kampoeng Dolanan ini. Ia berharap semakin banyak orang yang tergerak hatinya bergerak bersama ia dalam melestarikan permainan tradisional serta nilai-nilai masyarakat.

"Semoga semakin banyak penggerak permainan tradisional di luar. Jadi tidak berharap kampoeng dolanan yang aktif saja. Banyak orang-orang dewasa yang tergerak untuk bermain permainan tradisional dengan anak-anak dengan nilai-nilai yang disampaikan oleh Kampoeng Dolanan," harapnya.

6. Ingin benar-benar bangun kampung yang berisi permainan tradisional

Cak Mus, Sarjana Elektronika Penggerak Cinta Permainan TradisionalInstagram.com/kampoeng_dolanan

Tak hanya itu, ia juga ingin menciptakan suatu daerah menjadi Kampoeng Dolanan dalam arti sesungguhnya yaitu kampung berisi permainan tradisional. Ke depannya ia ingin kampung tersebut dapat menjadi pusat kajian hingga destinasi wisata.

"Tapi saat ini saya mau membangun sisi mindset masyarakat dulu. Seperti mau menerima kedatangan orang dari luar. Atau tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Karena kebanyakan kondisinya menengah ke bawah. Kalau langsung dibangun infrastrukturnya yang terbangun adalah pengemis dalam tempat wisata itu sendiri," harap Cak Mus.

Baca Juga: Cak Ipin: Millennials Tak Perlu Khawatir Modal dalam Berpolitik

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya