TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Banting Setir, Cerita dari Mereka yang Tak Mau Kalah oleh Pandemik

Dari pedangdut sampai pedagang makanan kecil terimbas

Dua orang sedang membantu produksi face shield milik Sugianto, Senin (2/6). (IDN Times/Nofika Dian Nugroho)

Surabaya, IDN Times - Pandemik COVID-19 benar-benar membuat ekonomi Indonesia babak belur. Tak sekadar turun, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 yang berakhir Juni lalu oleh Bank Indonesia diprediksi -4,8 persen. Maklum saja, banyak industri yang lebih memilih tutup, atau bahkan memutus kontrak para karyawan. Sementara pekerja informal yang mengandalkan pendapatan harian juga tak bisa banyak berbuat.

Di tengah keadaan yang serba sulit, beberapa orang menolak menyerah. Demi asap dapur, mereka banting setir mencoba peruntungan di bidang lain. Meski perlahan, mereka kini sudah mulai menikmati hasilnya. 

1. Usaha sandalnya berhenti, Eko Rumanto banting setir jadi produsen kripik tahu

Eko Rumanto mengemas keripik tahu buatannya. IDN Times/Zainul Arifin

Munculnya wabah virus corona sejak tiga bulan lalu membuat pengusaha rumahan di Jombang kalangkabut. Salah satunya adalah Eko Rumanto, pengusaha sandal di Desa Badas, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Usaha yang ia geluti bertahun-tahun itu perlahan berhenti akibat pandemik COVID-19.

Pria berusia 38 tahun itu tidak menyerah. Ia memutar otak dengan membuat usaha produksi tahu agar bisa mendapat penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga. Berkat kegigihan dan keuletan, Eko yang berbekal pengetahuan mengolah tahu  dari internet tersebut kini mampu mencatatkan omset Rp9 juta per bulan.

"Awalnya saya buka-buka internet untuk melihat apa yang cocok buat bekerja di rumah, dan akhirnya saya menemukan. Usaha ini berbahan dari tahu dan kebetulan di tempat saya banyak pengusaha tahu. Dan alangkah baiknya saya gunakan apa yang ada di tempat saya ini," ujar Eko menceritakan, Kamis (16/7/2020).

2. Bisnis souvenir macet, usaha face shield elok kini beromset Rp45 juta

Produksi pelindung wajah milik Elok (Face Shield). IDN Times/Zainul Arifin

Kisah sukses lainnya juga datang dari Jombang. Mereka adalah pasangan suami istri asal Desa Denanyar, Jombang, Budi Setiadi dan Elok Lailatul Maghfiroh. Lantaran bisnis souvenir mereka mandek terdampak pandemik, keduanya banting setir memproduksi face shield

"Awalnya itu saya handmade (suvenir) saja, lalu saya tawarkan story WhatsApp kok ternyata banyak teman-teman guru bilang kalau peluang bagus. Kebetulan suami juga guru. Akhirnya saya produksi face shield ini," kata Elok ditemui IDN Times di rumahnya, Rabu (17/6/2020). Usaha yang dirintis sejak bulan Mei itu pun kini sudah beromset Rp45 juta per bulan.

3. Putar haluan dari bisnis pernak pernik, Sugianto kini kebanjiran pesanan face shield

Dua orang sedang membantu produksi face shield milik Sugianto, Senin (2/6). (IDN Times/Nofika Dian Nugroho)

Cerita pengusaha souvenir yang putar haluan menjadi penyedia face shield juga terjadi di Kabupaten Madiun. Mulanya, Sugianto memiliki usaha pernik-pernik dengan omset Rp100 juta hingga Rp200 juta per bulan. Namun, usaha itu lesu di tengah pandemik COVID-19. Hampir seluruh order dari perusahaan BUMN maupun swasta di sejumlah daerah dibatalkan.

Selama sepekan, Sugianto kelimpungan. Otaknya berpikir keras mencari peluang bisnis lain agar tetap dapat bertahan dalam masa pagebluk. Produk yang diinginkan banyak dibutuhkan di saat kondisi perekonomian terhantam virus corona.

Kemudian tercetus ide untuk memproduksi face shield. Usahanya pun kini mulai bergeliat. Dalam sehari, jumlah pelindung wajah berbahan mika atau aklirik yang dibuat sebanyak 1.000 buah dengan omset Rp30 juta dalam sebulan.

“Yang banyak pesan dari sekolah-sekolah (paguyuban wali murid),” kata Sugianto ditemui di rumah sekaligus tempat usahanya di Dusun Sumbersoko, Desa/Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Senin (2/6/2020).

Baca Juga: Sebulan Bikin Face Shield, Pasutri di Jombang Dapat Omzet Rp45 Juta

4. Tak bisa berjualan jajanan di sekolah, Sulis manfaatkan hobi memancingnya untuk penuhi kebutuhan sehari-hari

Warga tangkap ikan di sungai Bengawan Solo. IDN Times/Imron

Cerita agak berbeda diungkap oleh Sulis, seorang warga Lamongan. Lantaran tak bisa berdagang karena banyak sekolah yang masih tutup, ia memilih memancing. Aktivitas yang ia lakoni bukan sekadar hobi. 

Memanfaatkan sungai Bengawan Solo yang sedang surut, tiap hari ia memancing di sebuah bendungan di Kecamatan Sekaran. Dengan pancing modifikasi, dalam sehari bisa ia mengaku bisa mendapatkan ikan hingga 25 kilogram. Ikan itu kemudian ia jual kepada para pengepul. Sulis mengaku setidaknya bisa membawa uang Rp100 ribu dalam sehari. Sebuah jumlah yang lumayan di tengah kondisi serba sulit. 

"Tidak saya jual secara keseluruhan. Terkadang saya sisakan sedikit untuk lauk pauk sendiri di rumah, terkadang juga saya kasihkan sama tetangga sebelah rumah," terangnya, kepada IDN Times, Sabtu (18/7/2020).

Baca Juga: Pandemik, Pedangdut Eny Sagita Beralih Banting Setir Tekuni YouTube

Berita Terkini Lainnya