Melihat Pengolahan Madu Asal Malang, Layani Ratusan Pesanan Tiap Hari 

Sempat tertipu hingga nyaris kehabisan modal

Malang, IDN Times - Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Malang dalam beberapa waktu terakhir cukup positif. Salah satu yang kini mulai menapaki kesuksesan adalah UMKM pengolahan madu yang bernama Sarang Maduku. Sudah dua tahun Sarang Maduku berproduksi memasarkan madu murni.

UMKM yang beralamat di Jl Ikan Gurame, Tunjung Sekar, Kota Malang ini kini terus melebarkan sayapnya hingga kini merajai pasar madu murni di kawasan Pulau Jawa. Dalam sebulab, mereka bisa mencatatjab penjualan mencapai hingga 6.000 produk.

1. Perlu proses yang tak mudah

Melihat Pengolahan Madu Asal Malang, Layani Ratusan Pesanan Tiap Hari Salah satu peternak lebah madu yang menjadi partner resmi dari Sarang Maduku. IDN Times/Alfi Ramadana

Andoni Pridatama (32), Owner Sarang Maduku menceritakan bahwa sebelum memulai usaha pengemasan madu dirinya merupakan karyawan dari salah satu bank di Kota Malang. Setelah delapan tahun menjadi karyawan, Doni mengakui bahwa dirinya merasa jenuh sekaligus ingin mencari tantangan baru, terlebih memang sudah lama juga dirinya bercita-cita menjadi seorang wirausaha. Akhirnya pada tahun 2018 dirinya memutuskan memulai berusaha sambil masih tetap bertahan menjadi karyawan. 

"Awalnya saya tidak langsung jualan madu. Tapi sempat juga jualan buah durian sampai hijab. Namun kemudian saya bertemu dengan salah satu peternak lebah dan saat itu saya tertarik untuk menjadi peternak lebah madu," urainya Selasa (12/4/2022). 

2. Sempat tertipu oleh peternak lebah

Melihat Pengolahan Madu Asal Malang, Layani Ratusan Pesanan Tiap Hari Doni saat menunjukkan berbagai varian madu murni yang ia kembangkan. IDN Times/Alfi Ramadana

Doni menyebut bahwa proses dirinya mulai berusaha menjadi peternak lebah tidaklah mudah. Dirinya sempat tertipu oleh salah seorang oknum peternak yang menawari dirinya. Saat itu dirinya memiliki modal Rp 20 juta untuk membeli 10 kotak yang dijadikan sarang lebah.

Doni menyebut bahwa peternak yang menawarinya itu menjanjikan bahwa setiap bulan madu akan dipanen dan Doni bakal mendapat keuntungan dengan sistem bagi hasil. Setelah satu bulan pertama, dirinya mendapati bahwa kotak lebah miliknya kosong dan hanya berisi sedikit lebah.  Kondisi tersebut terjadi hingga lima bulan.

Seiring berjalannya waktu, dirinya kemudian mengetahui bahwa sebenarnya kotak-kotak lebah miliknya itu sudah panen beberapa kali. Tetapi hasil panen tidak diberikan kepada dirinya melainkan digunakan sendiri oleh oknum peternak tersebut. 

"Awalnya sempat down juga. Tetapi kemudian saya bertemu peternak lain di Pasuruan yang membantu saya bangkit hingga bisa berkembang sebagai peternak lebah madu," imbuhnya. 

3. Putuskan hanya fokus pada pemasaran saja

Melihat Pengolahan Madu Asal Malang, Layani Ratusan Pesanan Tiap Hari Proses pemberian plastic wrap pada kemasan madu untuk menjaga kebersihan. IDN Times/Alfi Ramadana

Setelah mulai mendapatkan hasil, Doni mengakui bahwa dirinya kesulitan membagi konsentrasi antara meneruskan ternak lebah madu sekaligus memasarkannya. Setelah mempertimbangkan beberapa waktu, Doni akhirnya memutuskan fokus untuk pemasaran saja dengan nama brand Sarang Maduku.

Ia kemudian bermitra dengan beberapa peternak lebah di Jatim dan Jateng. Total hingga kini dirinya sudah memiliki tujuh mitra peternak lebah di dua provinsi tersebut. 

"Sekitar tahun 2020 saya memutuskan untuk fokus ke pemasaran madu saja. Kalau yang kami pasarkan ini masih murni dan tidak dicampur dengan bahan lain," jelas lulusan D3 Pemasaran Universitas Diponegoro itu. 

4. Sudah tersedia 30 varian berbeda

Melihat Pengolahan Madu Asal Malang, Layani Ratusan Pesanan Tiap Hari Doni menunjukkan salah satu varian madu bawang lanang yang tangah ia kembangkan. IDN Times/Alfi Ramadana

Setelah fokus ke pemasaran, Sarang Maduku justru semakin berkembang. Awalnya dirinya hanya memiliki satu varian madu saja. Kini sudah ada 30 jenis varian madu yang ia pasarkan, mulai dari madu murni biasa atau kaliandra, multiflora, madu randu, kelengkeng, klanceng, rambutan dan ada satu varian baru yakni madu bawang lanang untuk pengobatan.

Pengemasan yang dilakukan di Sarang Maduku juga berbeda lantaran menggunakan kemasan botol plastik dan jerigen kecil dengan ukuran mulai 125 ml hingga 1 kilogram. 

"Untuk satu bulan, kebutuhan madu kami mencapai 3 ton. Kebutuhan sebanyak itu dipenuhi dari mitra peternak. Setelah itu, kami berusaha melakukan pengemasan yang semenarik mungkin menggunakan wadah botol hingga jerigen kecil. Kemudian setelah itu, bagian luarnya kami lapisi dengan plastic wrap agar lebih higienis," sambungnya. 

Baca Juga: Cara Lebah Bersihkan Tubuhnya Ternyata Menakjubkan, Lihat Aja Videonya

5. Penjualan makin tinggi usai bergabung dengan marketplace

Melihat Pengolahan Madu Asal Malang, Layani Ratusan Pesanan Tiap Hari Doni saat menunjukkan penampungan madu murni yang masih belum dilakukan pengemasan. IDN Times/Alfi Ramadana

Sejak awal mulai memasarkan madu, Doni memang langsung menyasar pasar online. Salah satunya adalah melalui marketplace seperti Shopee yang memang memberi banyak ruang untuk UMKM berkembang. Kini rata-rata penjualan harian dari Sarang Maduku melalui platform Shopee sudah mencapai 200 botol per harinya. Pasar terbesar dari Sarang Maduku sejauh ini masih banyak di Pulau Jawa. Meski Doni juga menyebut bahwa ada juga beberapa kali pesanan ke luar Pulau Jawa. 

"Harga paling murah mulai Rp 18 ribu untuk ukuran paling kecil hingga Rp 240 ribu untuk yang 1 kilogram. Omset kami juga meningkat pesat sejak bergabung ke marketplace seperti Shopee. Pada saat awal memulai omset bulanan kisaran Rp 9 juta kemudian naik hingga 500 persen," tandasnya. 

Baca Juga: Ini 7 Madu Termahal di Dunia, Tertarik Mencoba Salah Satunya?

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya