Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

UMM Merintis Laboratorium Psikologi Esports

Ilustrasi pro player PC e-sport. (Instagram/@teamrrq)
Ilustrasi pro player PC e-sport. (Instagram/@teamrrq)

Dunia game sekarang bukan lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Pasalnya dari dunia game kini anak-anak muda bisa berkarier sebagai atlit. Bahkan riset agen komunikasi di Asia Tenggara yang bekerjasama dengan Decision Lab menyebutkan jika jumlah penduduk Indonesia yang terlibat dalam olahraga elektronik atau biasa disebut Esports pada 2021 mencapai 52 juta orang.

Kondisi ini membuat Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk masuk ke dalam dunia e-sport. Mereka bahkan telah dengan menggelar workshop dan rintisan lab Esports psikologi pada 5 Februari 2024 lalu.

1. Ternyata tim esports Indonesia belum paham pentingnya pelatih dari kalangan psikolog

Coach Performance Psychologist, Alberta Listiyani Siegit. (Instagram/@teamrrq)
Coach Performance Psychologist, Alberta Listiyani Siegit. (Instagram/@teamrrq)

UMM melihat jika perkembangan Esports perlu mendapatkan perhatian lebih. Mereka melihat terdapat tiga rules yang terdiri dari tiga bagian yaitu players, manager, dan coaches. Pada bagian coaches terdapat tiga bagian lagi yaitu technical, physical, dan performance.

"Ternyata masih banyak team esports di Indonesia yang belum mengetahui pentingnya coaches dengan background psikologi. Padahal untuk meningkatkan performa dari team harus ada coach yang membimbing dari segi mental dan fisiknya. Oleh karena itu, peluang seorang psikolog menjadi lebih besar untuk masuk ke ranah esports pada masa ini," terang Coach Performance Psychologist, Alberta Listiyani Siegit.

2. Listi memaparkan perbedaan antara Mobile Esports dan PC Esports

Ilustrasi pro player mobile e-sport. (Instagram/@teamrrq)
Ilustrasi pro player mobile e-sport. (Instagram/@teamrrq)

Perempuan yang akrab disapa Listi ini mengungkap perbedaan dari mobile esports players dengan PC esports Players. Menurutnya karir di mobile e-sport players bisa dibilang sangat singkat, karena mereka hanya bisa eksis mulai umur 16-23 tahun saja. Selain itu, mobile esports players juga sangat fleksibel, karena pemain dapat bermain menggunakan smartphone merk apapun, asalkan mendukung aplikasi.

"Sayangnya, tak mudah menjadi seorang players dari mobile e-sport. Syarat utamanya adalah harus berhenti sekolah, banyak dari orang tua yang tidak setuju akan hal tersebut," bebernya.

Selain itu, kebanyakan pemain mobile esports berasal dari kalangan menengah ke bawah. Terutama mereka yang kesulitan dengan biaya sekolah dan kurang dukungan dari orang tua untuk melanjutkan sekolah. Hal itu menjadi peluang besar bagi mereka untuk mengejar karir di dunia mobile e-sport ini.

"Sementara PC esports players memiliki jenjang karir yang lebih lama yaitu mulai 17-29 tahun. Kebanyakan mereka telah menempuh pendidikan tinggi ataupun sudah bekerja. Peminat PC players kebanyakan berasal dari kalangan menengah, karena dari alat yang diperlukan juga tidak murah. Mulai dari PC hig end sampai alat pendukung lainnya," jelasnya.

3. UMM menyebut psikolog dibutuhkan di dunia esports karena tingkat depresi yang tinggi

Ilustrasi pro player PC e-sport. (Instagram/@teamrrq)
Ilustrasi pro player PC e-sport. (Instagram/@teamrrq)

Dekan Fakultas Psikologi UMM, M Salis Yuniardi juga memiliki pendapat yang tak jauh berbeda. Menurutnya pro players sangat membutuhkan seorang psikolog karena tingginya tekanan dalam kompetisi. Di sisi lain, banyak asumsi mengenai esports yang mana belum jelas kebenarannya. Sehingga, membuat psikologi harus masuk untuk mempelajari dan meneliti di dalamnya.

"Para pengajar psikologi seharusnya bisa memanfaatkan aspek pengajaran, penelitian, dan riset untuk mulai masuk ke dunia esports. Dari jutaan peminat esports yang ada, sangat disayangkan jika psikologi tidak membagi fokus ke sana," tandasnya.

Menurutnya, Psikologi tidak melulu hanya tentang perusahaan dan gangguan mental saja, namun harus bisa melebarkan sayapnya. Salah satunya melalui dunia esports sesuai perkembangan jaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rizal Adhi Pratama
EditorRizal Adhi Pratama
Follow Us