TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menengok Usaha Clay Art Bernilai Ekspor di Kota Malang  

Omset tembus ratusan juta rupiah per bulan

Ika Dewi saat memberikan pengarahan kepada karyawannya untuk membuay clay art. IDN Times/Alfi Ramadana

Malang, IDN Times - Sejumlah pekerja tampak tengah sibuk menyelesaikan berbagai aksesoris berbahan clay atau sejenis tanah liat sintetis. Ada yang sedang membentuk bulatan-bulatan kecil, kemudian ada juga yang tengah merangkai beberapa potongan clay tersebut menjadi sebuah accesoris.

Aktivitas itulah yang setiap hari dilakukan para karyawan Momclay Art kawasan Perumahan Puncak dieng LL3A No.9, Sumberjo, Kalisongo, Kec. Dau, Malang. Sudah tiga setengah tahun terakhir, usaha aksesoris yang digeluti oleh Ika Dewi itu berkembang dan terus berproduksi membuat aksesoris berbahan clay atau sejenis tanah liat yang akan mengeras setelah didiamkan atau dioven. 

1. Tertarik menggeluti usaha Clay art setelah diajak adik

Beberapa variasi Clay Art yang diproduksi Ika Dewi. IDN Times/Alfi Ramadana

Ika bercerita bahwa awalnya yang memulai usaha Clay Art tersebut adalah adalah adiknya yang berdomisili di Banjarmasin. Setelah 6 tahun berjalan, tepatnya pada tahun 2018 lalu, sang adik mengajak dirinya untuk turut menggeluti seni Clay Art. Awalnya Ika menolak lantaran dia berpedoman bahwa dalam satu keluarga tidak boleh ada dua usaha yang sama. Ia menilai hal itu bisa memicu perpecahan saudara. 

"Tetapi adik terus meyakinkan saya untuk mau menggeluti seni Clay Art. Dia bilang katanya tidak mampu memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat. Makanya dia meminta saya untuk belajar dan membuka usaha yang sama. Setelah saya pikir-pikir akhirnya tahun 2018 saya mulai membuka usaha ini," katanya Sabtu (4/12/2021). 

2. Langsung sasar pasar ekspor

Seorang pekerja sedang menyelesaikan pembuatan Clay Art. IDN Times/Alfi Ramadana

Uniknya, Ika langsung menyasar pasar ekspor sebagai tempat untuk memasarkan produk clay art yang ia buat. Amerika, Eropa dan Australia merupakan pasar ekspor yang ia tuju untuk menjual produknya. Menurutnya, pasar lokal saat itu masih belum terlalu menjanjikan. Lalu, clay art sendiri memang belum banyak mendapat pasar. Makanya, sejak awal dirinya langsung menyasar pasar ekspor. 

"Paling banyak memang ke Amerika Serikat, yakni sekitar 70 persen. Sisanya sebesar 25 persen ke Eropa dan 5 persen ke Australia," tambahnya. 

Baca Juga: Kerajinan Cosplay dari Spon di Jombang Tembus Pasar Luar Negeri

3. Proses pembuatan sendiri cukup mudah

Ika Dewi saat melihat langsung proses pembuatan clay art yang dilakukan karyawannya. IDN Times/Alfi Ramadana

Ika sendiri menyebut bahwa proses pembuatan Clay Art tersebut tidaklah terlalu sulit. Bahan utama yang diperlukan berupa clay atau tanah liat yang bisa dibuat dari campuran tepung maizena dengan lem kayu. Setelah adonan jadi, maka bisa dibentuk sesuai dengan aksesori yang ingin dibuat.

Setelah itu, aksesoris yang sudah jadi hanya perlu didiamkan saja sampai mengeras sebelum nantinya dikemas. Tetapi untuk yang berbahan polymer perlu dioven terlebih dahulu agar bisa mengeras. 

"Memang tidak semua orang bisa. Karena untuk membuat clay art itu juga perlu ketelatenan, keuletan dan jiwa seni yang tinggi," sambungnya. 

4. Fokus untuk aksesoris fashion

Contoh detail produk clay art yang dibuat Ika Dewi. IDN Times/Alfi Ramadana

Sejauh ini, Ika menyebut bahwa produk clay art yang ia buat lebih berfokus apda aksesoris fashion, terutama untuk tambahan kalung, topi maupun fashion lainnya. Hal itu juga tak lepas dari permintaan pasar yang memang lebih banyak untuk aksesoris tersebut. Terlebih di tiga wilayah tujuan ekspor tersebut memang sangat sering melakukan perayaan mulai dari Hallowen, thanksgiving, hingga valentine. Saat momen inilah banyak masyarakat yang ingin tampil beda. 

"Sebenarnya, produk yang kami buat ini masih setengah jadi. Karena nantinya saat sampai di sana masih bisa diolah lagi menjadi aksesoris yang lebih lengkap dengan dijadikan jepit rambut atau hiasan baju lainnya," jelasnya. 

Baca Juga: Titik Winarti, Bisnis Kerajinan Tangan Meroket Berkat Gandeng Difabel

Berita Terkini Lainnya