Mengenal Relief Saulah Banyuwangi, Ungkapan Kerinduan Seorang Anak

Banyuwangi, IDN Times — Sebuah potret relief menggambarkan figur seorang raja dan ratu kini ditemukan di lereng bukit di Dusun Serampon, di Desa Segobang, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Relief tersebut sudah cukup lama diketahui namun tidak ada yang tahu sejak kapan pastinya itu dibuat.
1. Sosok raja dan ratu

Eksplorasi yang dilakukan IDN Times di lokasi, menemukan bahwa relief tersebut membentang pada sudut kemiringan 80 derajat di sepanjang tepi sungai. Dengan ukuran tinggi yang mencapai lebih dari 2 meter dan panjang sekitar 6 meter, relief ini masih terjaga dalam keadaan yang utuh.
Namun, ukiran ini sekarang tertutup lumut dan rerumputan liar yang tumbuh di sekelilingnya. Sesuai dengan foto, relief ini menggambarkan seorang raja dan ratu. Cukup jelas terlihat dari mahkota yang dikenakan oleh keduanya. Pada ukiran sang ratu, tampak detail anting di telinga dan kalung di leher.
Sosok sang raja digambarkan dalam posisi duduk dengan kedua tangannya bertemu di atas dada. Tangan kanannya bertumpu di tangan kirinya, dan semua jari tangannya tampak dalam relief ini. Sementara itu, sang ratu digambarkan dengan posisi kedua telapak tangannya yang bertemu dalam tepuk hormat.
Tak jauh dari relief ini di sisi kiri, terdapat serangkaian anak tangga yang dihiasi dengan ukiran bunga melati di puncaknya. Ukiran bunga melati ini memiliki diameter sekitar 40 sentimeter dan terdiri dari 11 anak tangga. Di sisi kanan, sebuah ukiran dengan tulisan Arab yang berbunyi 'Saulah' dapat ditemukan.
2. Lokasinya cukup terpencil, medan sukar dan berbahaya

Sahuri (51), penduduk lokal menyatakan relief ini pertama diketahui pada tahun 2019 lalu. Penemuan ini bermula ketika ada seorang warga setempat yang sedang mencari durian yang jatuh. Secara tidak sengaja, mata orang tersebut tertuju pada potret samar yang terukir pada dinding batu cadas.
Dorongan rasa ingin tahu menghampirinya, dan setelah membersihkan rumput dan tanah yang menutupi, baru terungkap bahwa itu adalah sebuah relief. Berita tentang penemuan ini mulai menyebar melalui mulut ke mulut di antara penduduk desa sekitar.
"Seseorang dari Dusun Serampon menemukannya ketika sedang mencari durian di Bukit Sumberkuro," ujar Sahuri, Minggu (6/8/2023).
Dia mengakui bahwa keberadaan relief ini menarik perhatian banyak orang. Fakta ini bahkan menarik perhatian warga dari Surabaya serta penduduk dari wilayah lainnya yang datang untuk melihatnya.
Namun, untuk mencapai lokasi ini hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki sejauh 4 kilometer. Ini melibatkan perjalanan menuruni jurang dan mendaki bukit dengan kemiringan 80 derajat yang tidak mudah. Saat hujan turun, tekstur tanah liat menjadi sangat licin dan menjadi medan yang berbahaya untuk dilalui tanpa adanya alat pendukung.
Selain itu, tanpa bantuan dari warga lokal, lokasinya cukup sulit untuk ditemukan. Karena untuk menuju lokasi, harus melalui jalan yang notabene bukan jalan pada umumnya. Ditambah, saat musim panen durian perjalanan ke lokasi menjadi cukup mengkhawatirkan karena rawan durian jatuh tiba-tiba.
3. Dibuat oleh Saulah

Usut punya usut, relief tersebut diukir oleh pemuda sekitar bernama Saulah. Sebab itupula, selanjutnya itu dikenal dengan sebutan ukiran atau relief Saulah oleh warga sekitar. Dikatakan, Saulah adalah anak yang cerdas dengan kepribadian yang unik serta pendiam.
Sahuri menyebut, dulu Saulah sering menyendiri di dalam hutan. Bahkan dia sempat menghilang untuk beberapa hari. Saat itu, Saulah sering meminjam cangkul dan parang sebelum pergi. Namun warga tidak ada yang tahu dimana tujuan Saulah.
Perilaku menyendiri Saulah ini ditengarai warga, terjadi setelah prahara rumah tangga menimpa keluarganya. Sejak perceraian orang tua, Saulah seolah menjadi anak yang benar-benar berbeda. Tak kuat dengan omongan orang dan merasa frustasi, Saulah kemudian meninggalkan rumah.
"Mungkin karena frustasi hidup sendirian akhirnya dia minggat dari rumah," katanya.
4. Saulah menghilang misterius

Hingga saat ini, Saulah tidak pernah kembali. Warga menyakini, relief tersebut adalah curahan hati Saulah yang merindukan kehangatan orang tua. Ini tercermin dari gambar raja dan ratu yang diibaratkan sebagai pasangan orang tua.
"Tidak pernah pulang sejak itu. Sampai sekarang orang-orang juga tidak ada yang tahu. Ada yang menyebut dia bertapa di hutan," jelasnya.
Beberapa orang mengatakan Saulah mengalami 'muksa'. Dalam istilah Jawa, muksa digambarkan dengan fase menghilangnya seseorang tanpa diketahui sebab dan tujuannya.